Tulisan ini untukmu, Ibu.
Aku menyayangimu!
21 April 2018
Banyak orang mengucapkan selamat
hari kartini, mengatakan habis gelap terbitlah terang, mulai mengenang
jasa-jasa beliau yang memperjuangkan hak-hak pendidikan di eranya, bahkan
mengatakan pergerakan emansipasi wanita di Indonesia muncul pertama kali karena
beliau.
Namun menurut saya, kita justeru
sering lupa, bahwa ada seseorang yang jauh lebih dekat, yang jauh lebih nyata,
yang jauh lebih bisa di observasi, yang jauh lebih mudah di panuti, yang selama
ini sudah banyak memberi cahaya-cahaya dalam kehidupan kita, yang biasa disebut
dengan panggilan Ibu.
Mungkin Ibuku bukan lulusan dari
strata satu, mungkin juga ibuku bukan orang yang pandai dalam mengatur nada
suaranya ketika sedang marah dan jengkel atas kesalahan-kesalahan yang selalu
aku ulangi meski sudah diperingati berulang kali.
Tapi beliaulah orang yang memiliki
skills lebih handal dibanding lulusan dokter gigi, beliaulah orang pertama yang
selalu percaya padaku, beliaulah yang selalu mengatakan aku bisa menjadi apapun
yang aku mau, aku bisa pergi kemanapun yang aku ingin, beliaulah yang selalu
paling bersemangat ketika aku mendapat cerita-cerita baru dan selalu menjadi suporter
paling heboh di setiap hari-hariku yang sering absurd.
Tapi, Ibu, aku tau Ibu tulus, Ketika
ibu yang mengatakan dengan kesal kalau-kalau tidak mau memasak tapi tetap saja
memasak. “Ga enak Nduk, udah kebiasaan
masak, gapapa seneng kok Ibu masak, toh Cuma gini masaknya, gampang”
katanya dengan nada semangat. Padahal aku tau, Ibu sedang lelah.
Tapi,
Ibu, aku tau Ibu tulus, Ketika ibu diam-diam menangis dalam malam sepi ditengah
panjatan doa, berharap anak-anakmu kelak menjadi apa yang mereka cita-citakan,
Tapi,
Ibu, aku tau Ibu tulus, ketika ibu yang marah dan mengomel sepanjang hari
karena aku tidak memberi kabar karena terlalu sibuk dengan kegiatanku
Ibuku
memang bukan orang ternama seperti Kartini, yang menjadi tokoh penting dalam
sejarah.
Ibuku
memang bukan keturunan ningrat yang bisa sekolah dengan mudah seperti Kartini
pada jamannya
Dan
mungkin banyak warna merah di rapor ibuku sejak sekolah dasar sampai sekolah
keperawatan gigi
Iya,
beliau sering mengatakannya
Tapi ada
hal-hal yang dimiliki ibuku yang selalu aku panuti
Semangatnya
Optimismenya
Pantang
menyerahnya
Dan
Terakhir
cita-citanya
Beliau
memang tidak mengajarkan pendidikan formal seperti yang kartini dan guru-guruku
lakukan. Tapi banyak hal yang sudah diajarkan beliau. Banyak kasih, banyak
cinta, banyak sayang yang dibalut dalam kata-kata yang keluar dari sanubarinya.
Sehat sehat ya Kartini-Ku. Semoga Allah selalu bersama Ibu dan Keluarga Kita.
0 komentar:
Posting Komentar