Pada suatu hari di pinggiran hiruk pikuk kota terbesarkedua di
Indonesia, hiduplah seorang gadis biasa, memiliki beberapa saudara yang jauh
lebih tua darinya, fisiknya juga sehat dan normal, dan tentunya seperti pada
umum. Rambut panjang yang dikuncir kuda setiap pagi sebelum berangkat ke taman
bermain, matanya tidak terlalu belok ataupun sipit, tubuhnya kurus kecil,
giginya sedikit maju karena ia suka memasukkan jari ke mulut ketika tidur yang
menurut teori perkembangan hal ini biasa digunakan anak-anak untuk merasa lebih
aman dan mengurangi kecemasan dan ia berkulit sawo matang. Kegemarannya adalah
bermain, menari, bercerita dan bersepeda, ia tidak terlalu pandai, ia tidak
seperti kebanyakan anak seusianya, dalam hal belajar dia membutuhkan waktu
lebih lama dan berulang ulang.
Aku masih mengingat ketika di tempat pendidikan al-quran
(TPQ) ia harus mengikuti intensif selama beberapa bulan untuk bisa naik ke
level Quran di usianya yang sudah memasuki 10 tahunan, sedang mayoritas
teman-temannya sudah berada di level tersebut sejak kelas 2 atau tiga. Atau,
aku juga masih mengingatnya ketika di taman kanak-kanak, semua teman
perempuannya dalam grup marchine band
memegang alat musik marching bell
atau menjadi mayoret, tetapi ia memegang alat musik drum, kata guru TK, Ia
tidak bisa mengikuti ketika diajari bermain marching
bell. Atau ketika ia mengigit seorang tetangga di sebelah rumah nenek yang
tidak mau turun dari tiang yang juga ia ingin naiki. Atau ketika ia menangis
dan sedih karena tidak memiliki teman di sekitar rumah, dan merengek ke
orangtuanya untuk membuatkannya seorang adik.
“Ma, aku mau adik, gimana caranya?”
“Itu dibuat dengan cara dijahit, hehehe,”
Gadis kecil itu benar-benar aneh. Aku juga masih mengingat
sewaktu SD ia pernah melawan dan berdebat dengan teman laki-lakinya, atau
mengirimi surat penuh amarah kepada salah seorang temannya yang mengira ia
masih cacar dan bisa menularinya. Di usia SMPnya ia juga pernah berdebat hebat
dengan teman laki-lakinya yang sangat menyebalkan menurutnya. Ia sangat
membenci laki-laki di saat-saat itu. Tapi anehnya dia juga bisa tergila-gila
dengan laki-laki virutal koriyah. Tapi ia lumayan belajar dengan rajin di masa
SMPnya, hal itu karena ia memiliki sahabat yang pandai dan baik, jadi sering
mengajarinya matematika. Entahlah, sejak SD musuh terbesar gadis itu memang ada
di Matematika. Lalu di masa itu juga ia mulai mengenali dunia psikologi berkat
salah satu guru TIK yang dengan baik hatinya memberi simulasi tes-tes untuk
lebih mengenal diri sendiri sewaktu jam pelajaran. Ia juga memiliki sosok guru
yang diteladani, wali kelasnya selama 3 tahun, Ibu Sri Wahyuni. Di akhir-akhir
masa sekolah menengah akhirnya, ia belajar ‘lumayan’ serius karena berambisi
masuk ke SMA di tengah kota, tentunya dengan persaingan yang lumayan atau bisa
dibilang setengah-setengah, ia akhirnya harus masuk ke salah satu sekolah
swasta di Sidoarjo, yang untungnya tetap di tengah kota.
Seperti yang sudah aku sampaikan diatas, ia masih gadis
biasa, tidak terlalu pandai di kelas, hanya cukup berambisi untuk menjadi agak tidak
biasa-biasa, ia mulai tertarik aktif di organisasi, mulai mengerti kegiatan apa
yang disukainya, dunia jurnalistik, ia belajar beretorika, juga menjadi penyiar
radio yang ‘medok’, but its ok, at least
at the end of the day, she realized that and of course okay with that. Di
masa remaja yang telah teracuni oleh hall(y)u
wave, tentunya ia memiliki gebetan
yang berakhir menyedihkan karena di notice
tapi diabaikan, HAHAHA, tapi sekali lagi ia masih tidak apa-apa dan menjalani
masa remajanya dengan penuh drama dan kebahagiaan bersama teman-temannya. Masa
remaja tidak perlu melulu soal cinta bukaaannn???? Hahaha. Hanyalah
perempuan-perempuan sok ok ok aja yang bilang begini, sejujur-jujurnya, tentu
ia resah, di saat semua temannya pernah disukai seorang paling tidak, mengapa
ia tidak? Apa yang salah dari ia. Tapi yasudah gapapa, ia mengalihkannya dengan
hafalan tabel periodik, belajar bahasa inggris, jualan pin, ngerjain besar gaya
apabila dua motor bertabrakan, dan tentu saja duduk lesehan sewaktu pelajaran
tersebut supaya tidak mengantuk, karena kalau duduk di bangku dengan volume
suara Bu Guru Uchi tercinta akan tertidur huvt,
oiya jangan lupa Ia juga semangat 45!!!111!1
menghafal nama nama ilmiah hewan dan tumbuhan, sejenis oriza satyva. Benar benar masa remaja yang biasa saja bukan? Tapi Ia
sangat bersyukur mengalami semua itu. Ia sadar hal-hal sederhana akan menjadi
kenangan berharga suatu saat kelak.
Masa agak serius akhirnya pun tiba, Ia harus mulai
memikirkan masa depan dan memutuskan untuk menekuni dunia biologi dan
psikologi, alasannya sebenarnya cukup abstrak, hanya karena ia mencintai
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan fisik maupun psikis manusia. Sungguh alasan
anak muda yang lucu. Namun. Disanah gadis itu, sedang berjuang menyelesaikan
tugas akhirnya. Perempuan biasa itu kini sudah berusia dua puluh dua tahun, ia
mulai mengkhawatirkan beberapa hal yang dulunya bahkan tidak ada dalam
benaknya, ia ingin menjadi anak yang baik bagi orangtuanya, ingin bisa balas
budi dan menjadi heroik, dan hal-hal biasa lainnya, yaitu, hidup mandiri dan
tidak menyusahkan mereka.
Hal hal biasa yang ingin diluar biasakan itu berubah
menjadi, apa salahnya menjadi biasa saja? Bukankah dari hal hal yang biasa kita
lakukan, akan membawa kita kepada sesuatu?
Apa salahnya? Toh ia yang memang sejak awal penuh
kesederhanaan, apa salahnya berhenti terlalu berharap banyak pada diri sendiri,
cukup lakukan hal yang harus dilakukan, sisanya biarkan semesta.
Ia memang hanya perempuan biasa yang ingin menjadi lebih
baik dari dirinya kemarin bukan lebih baik dari siapapun
1 Syawal 1440H
Selamat merayakan hari kemenangan, kamu.
Tanpa harus menang dari siapapun, yang paling penting
adalah kamu harus menang dari hawa nafsumu, yak~
tapi gadis biasa ini yg membuat aku bersyukur bisa ada di bumi ini. karena yg kamu anggap biasa saja adalah orang yg berpengaruh luar biasa di hidup orang lain (termasuk aku)
BalasHapusterima kasih ya! sehat-sehat terus :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTeruntuk orang paling kuat dan manis! Ratri, terima kasih sudah selalu menjadi bagian hari-hariku. Aku harap kita bisa terus berteman sampai di masa tuaaaa! I miss u so much
BalasHapus