Sebelum tulisan soal Indonesia, my first failure opinion forMojok.co was this
Berhubung dulu aku adalah pegiat literasi (yang abangan dan mood-moodan), suka bertanya dan mengikuti isu-isu dunia perkuliahan, aku menuliskan ini untuk dimuat di media tersebut dengan harapan bisa dapat uang saku tambahan 200.000an, sekalian biar keren namanya ada di Mojok.co gitu. Rupanya setelah aku baca lagi, emang isinya apaan yaRabb sebenernya cuma muter-muter doang, tapi aku mengapresiasi keberanian dan kepercayaan diri yang membuatku mampu melangkah jauh. Rindu juga sama kepolosanku dulu. Karena kepolosan ini aku jadi menjalani hari lebih ringan dan ikhlas.
Sometimes, being imperfect and accepted the real thing in ourself is the best feeling I've ever felt. And Once, I want to be like that again, and more and more and more love my own process.
Kuliah kerja nyata yang selama ini selalu menjadi bahan cerita viral masa perkuliahan –kebanyakan karena kisah percintaanya, yang entah dengan sesama manusia atau bahkan dengan makhluk dunia lain– mendadak tidak hanya viral hanya di masa perkuliahan. Mungkin akan jadi pengalaman tak terlupakan sepanjang hidup seperti Agni (nama disamarkan), salah satu mahasiswi UGM yang mengalami tindak pelecahan seksual sewaktu menjalankan KKN di Maluku, 2017 silam.
Banyak
respon yang menanggapi kasus pelecehan seksual ini, dari ranah hukum sampai
ranah psikologi. Dari yang awalnya bilang ini kesalahan dari kedua pihak, bukan
hanya satu pihak saja, sampai seharusnya kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Yha dikira masalah saudara bertengkar
rebutan mainan kali ya, diselesaikan dengan dikasi tau, dan saling memaafkan,
kelar, buyar.
Saya
pribadi, sebagai seorang perempuan yang juga baru menyelesaikan tugas negara
KKN beberapa bulan lalu, merasa bukankah seharusnya kampus tidak tinggal
diam mengenai hal se-viral ini. Bukannya ini juga merupakan agenda yang dibuat
kampus sebagai syarat menyandang gelar sarjana? Atau bukannya kampus yang
selalu juga menggadang gadang ada cinta lokasi sewaktu KKN, memberikan impian –
impian indah mengenai pasangan, hangatnya suasana kekeluargaan dan kebersamaan
sampai di beberapa kasus mungkin memang banyak mahasiswa yang menjadi korban
cinlok KKN, dari jomblo jadi tida jomblo, atau dari yang sudah memiliki jadi memiliki
lagi yang baru. Eh. Kalau dari
pengalaman pribadi saya sendiri juga, sewaktu pembekalan KKN malah para dosen
kkn ini seperti konseling pra-nikah. Bahasnya jodoh, menikah, bagaimana cara
menjadi suami yang baik dan istri yang pandai mengatur keluarga. Hadeh, apa aku salah masuk forum ini.
Tapi memang benar adanya tuh tulisan
di depan ruangan “PEMBEKALAN KKN GEL. II
Tahun 2018”. Yasudah saya jadi
bingung ini jadi malah bahas kemana-mana.
Saya
juga tidak ingin menyalahkan pihak mana-mana, setiap tindakan memiliki latar
belakangnya masing-masing, baik dari pihak kampus yang ingin menyelesaikan
dengan cara ‘kekeluargaan’ atau dari
pihak penyitas yang merasa tidak diadili. Ini semua murni masalah ranah hukum
dan mereka, saya benar-benar tidak ada hak menghakimi siapapun dalam tulisan
ini. Kalau kata bapakku jangan mudah terbakar api isu-isu ataupun pemberitaan
di media, kamu tidak tahu kisah seutuhnya. Daripada salah berbicara lebih baik
diam. Ya saya memang bukan penyitas, pelaku, atau orang-orang yang berada
disekitar mereka. Saya hanyalah peng-observasi tidak langsung “kalau bahasa
teorinya” dimana hanya bisa tau lewat media-media yang difasilitiasi. Disini
saya Cuma agak heran dan kesal sama netizen-netizen yang masih ngotot kalau
ketika laki-laki bernafsu dan menyerang perempuan secara “seksual” adalah hal
yang wajar. Dan dengan mudahnya bilang “ya
kan namanya juga manusia, pasti bersahwat, pasti ya pernah khilaf”.
Ya
memang wajar bersahwat tapi apa harus merugikan orang lain? Apa yang membedakan
sama hewan dong kalau gitu. Berarti teori pak freud itu yang bilang manusia adalah hewan yang memiliki akal, salah?.
Atau, Jadi
bener teori milik Darwin kalau kita emang benar-benar keturunan kera, homo
sapiens dkk itu? Hmmmmmmmmmm,
sehingga benar dan wajar sekali adanya apabila manusia sedang bersahwat akan
menyerang siapapun yang bisa diserang, ibarat perumpamaan, kucing kalau diberi
ikan asin ya pasti paling engga
dicium-cium? Benar begitu? Baiqlah
kalau kalian menganut teori itu, aku juga tidak bisa menyalahkan. Toh setiap
orang punya pemikiran dan kepercayaannya sendiri. Dalam ilmu psikologi-pun kita
dituntut untuk memahami setiap orang dan tidak mudah menjudjge. Tapi, saya tentunya lebih suka sama kamu daripada dia
manusia-manusia yang memanusiakan diri mereka sendiri. Kalau mereka tidak
memanusiakan diri mereka sendiri bagaiamana mau memanusiakan manusia lainnya
yaaa hmmmmmm. Jadi apakah kalian
manusia, kucing, homo sapiens atau malah malaikat tak bersayap? Karena bisa
membawaku terbang tanpa harus naik pesawat dulu, uwuwuwuwuwuw. Apaansi yarabb, sii~
0 komentar:
Posting Komentar