In #selftalk

Akan tiba saatnya.

Akan ada saat dimana kamu menyadari, tidak ada yang pernah menyelamatkanmu dari gerumulan dirimu, dari dalamnya lautan pikiranmu, dari kecemasan kecemasan tak beralasan, kecuali dirimu. Maka selamatkanlah dirimu. Kamu yang harusnya paling bertanggung jawab atas dirimu. Berhentilah mengasihani dirimu sendiri Si:)
Dan mari lihat sisi opportunity, bukan masalah-masalahnya:)
Biasanya, lagu apa yang kamu dengarkan saat ingin berbicara dengan dirimu sendiri?
Kalau aku, suka instrumental di tengah malam sepi yang senyap. Suara air jatuh, atau duduk berjam-jam diatas sajadah sambil memeluk doa-doa.


Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #selftalk

Menjadi Aku, Menjadi Kamu, Menjadi Kita.

Tulisan kali ini aku buat untuk memperingati bulan kelahiran Lembaga Pers Mahasiswa di fakultasku, tempat belajarku selama kurang lebih tiga tahun penuh. Aku ingin bercerita sedikit soal pengalaman berhargaku itu. Sekaligus mengenang hal-hal yang sudah aku lewati selama ini.

Menjadi Anak Pers.
Awal mula bergabung dengan Unit Kegiatan Khusus (UKK) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) sebab ingin kembali menggeluti dunia jurnalistik yang sempat aku cicipi di bangku sekolah menengah atas. Rasanya tentu begitu mengasyikan, bisa jalan sekaligus melakukan proses liputan sampai menulis sebuah artikel -meski dulu di SMA hanya menulis majalah yang terbit enam bulan sekali- kemudian dilanjutkan dengan menjadi penyiar radio setiap Hari Rabu dan Kamis. Sempat mengikuti sebuah kompetisi jurnalistik di salah satu universitas milik Kota Surabaya. Ketika itu, rasa meluap yang tertuang dalam pikiran, karena menemukan apa yang ingin dilakukan dalam kehidupanku kedepannya. Aku begitu bersemangat, sampai rasanya jantung mau lepas. 

Baik, mari kembali ke masa awal memilih masuk UKK Pers Mahasiswa. Di waktu yang telah ditentukan, sama, seperti aku versi remaja. Sebelum dan sampai pada akhir masa euforia, aku yang memahami apa-apa yang perbedaan jurnalistik dengan Lembaga Pers Mahasiswa, agaknya mendapat beberapa titik yang menjadi stressor tersendiri, ditengah-tengah padatnya jadwal pengerjaan tugas jurusan psikologi, mulai mencoba beradaptasi dengan kesibukan-kesibukan yang sama-sama minta diprioritaskan. Setiap seminggu sekali, buletin kami harus siap cetak -meski pada kenyataannya selalu saja ada waktu telat cetak-, kami juga dituntut untuk lebih peka terhadap kebijakan, isu yang sedang hangat, sampai hal-hal apa saja yang menarik dan dekat diantara kami. Jadwal untuk rapat tema selama dua minggu sekali juga sempat mendadak menjadi seminggu sekali karena adanya peleburan tim. Awal-awal menjadi maganger adalah saat-saat terberat menurutku. Di waktu itu, bahkan ayah ibuku beberapa kali memarahi karena sering pulang malam, ditambah afirmasi dari kakak-kakakku yang temakan strerotype perempuan tidak pantas pulang malam, padahal itu proses belajar dan mengembangkan diri, pikirku ketika itu. 

Menulis, wawancara, observasi, membuat outline, mentranskrip hasil wawancara, memotret, memilih foto yang sesuai angel, adalah hal yang umum di kamus baru seorang Sisi. Aku lebih sering berdiskusi, bertanya, dan tentunya mencari isu-isu baru untuk rapat tema selanjutnya. Aku tentu pernah mengeluh, bahkan kalau mau dibilang sering, ya bisa juga, hehe. Beberapa kali menulis di rubrik berita, dua kali menjadi pemred dan di beberapa kegiatan menjadi koordinator, meski juga ada waktu habis karena mencibir, disisi lain, aku terbiasa dan semakin menikmati itu. Aku suka ketika harus melakukan wawancara, menggebu ketika mengejar-ngejar narasumber, antusias ketika menuliskan dan merangkai kata-kata, yang juga dibarengi dengan tanda merah dan kuning di teks yang disetorkan kepada senior. Itu tandanya tulisan yang aku buat harus ditinjau ulang. Tapi tentu saja, bisa itu karena terbiasa bukan?
Pelan-pelan warna warni di layar monitor laptop semakin berkurang dan tulisanku bisa diterbitkan lebih cepat. Bahasa menjadi lebih luwes, angel berita lebih tepat, foto juga makin ciamik, kata senior, meski jujur, aku juga tau, itu masih jauh dari kata ideal dalam penulisan berita atau rubrik lainnya, tetapi, aku tetap senang karena itu artinya ada kemajuan sedikit demi sedikit. Aku bersyukur, sering mendapat coretan dari senior benar-benar membuat banyak perubahan dalam tulisan maupun cara berpikirku. Tak lupa, aku juga mau berterima kasih kepada teman-teman lainnya yang memberiku ruang lebih luas untukku belajar menulis dan berpikir. 

Membaca.
Di tahun kedua memasuki dunia ini, kegiatan turun lapangan jauh lebih sedikit, saat itu aku banyak mencoba kegiatan-kegiatan diluar kampus dan mengikuti pelatihan kepenulisan yang ada di Kota Pahlawan. Ingin mencoba sesuatu yang lebih baik, yang bisa membuatku belajar dan berkembang lebih banyak, gumamku. Selain mencoba hal baru, aku juga mulai menyukai aktivitas baru, yaitu membaca buku -selain yang ditugaskan oleh dosen loh ya, hehehe-. Buku pertama yang katanya harus dibaca para aktivis ialah milik Pram, dengan judul Bumi Manusia, aku mendapat rekomendasi itu dari salah seorang senior yang juga sama-sama menggeluti dunia ini. Jujur, aku sebenarnya bukan tipikal orang yang cepat dalam menganalisis tulisan, otakku perlu lebih banyak waktu dan ruang yang tenang untuk dapat menyerap dengan baik. Tapi, tentu, aktivitas membaca adalah hal yang harus aku coba biasakan, di masa-masa kuliah, masa merdeka-merdekanya mempelajari apapun yang mau kita pelajari, konon katanya. Aku menemukan ketenangan ketika itu dan menikmati waktu bersama buku-buku yang bisu, namun berisik begitu aku membacanya. Aku mencoba membaca novel sci-fi, macam Deception karya Dan Brown, juga novel soal rasisme, To Kill a Mockingbird karya Harper Lee. Hal-hal berbau kultur, manusia, dan teknologi begitu menggiurkan. Lagi-lagi aku mendapat banyak rekomendasi buku bagus juga karena lingkup pertemananku di dunia pers. Salah seorang teman yang juga anggota pers mahasiswa tingkat fakultas itu begitu pandai dan cinta buku. Tak jarang kami diskusi soal buku sampai hal-hal receh yang membuat tertawa.

Meningat-ingat masa kuliah, jadi rindu duduk di kelas, mendengarkan dosen menyampaikan pesan-pesan motivasi kehidupan, alih-alih membahas mata kuliah, kadang juga nyeleneh ke konseling pendidikan anak usia dini, konseling pra-nikah, hadeehhh kenapa lagi ini dosen-dosen psikologi doyan banget bahas masalah keluarga dan kehidupan. Eh tapi kadang lupa, psikologi memang membahas mengenai kehidupan dan, iya, semua itu bersinggungan dengan kehidupan. 

Pemimpin atau Pemimpi?
Banyak sekali hal-hal yang terjadi di tahun ini, dan tentunya banyak juga hal yang aku pelajari sebagai individu yang mendapatkan peran baru. Pemimpin. Jujur, di ruang lingkup terkecilku, keluarga, aku adalah anak terakhir yang sama dengan kebanyakan anak terakhir pada umumnya. Ceroboh atau kurang hati-hati, menerima banyak sekali perhatian, mudah cemas dan tentu saja masih sangat membutuhkan bantuan dalam pengambilan keputusan, oiya jangan lupa, ciri penting anak terakhir dalam teori kepribadian milik Adler, ambisi yang tidak realistis. hehehe. iya, aku seorang pemimpi ulung. Dalam fase ini, aku mengalami perasaan inferior berkepanjangan.Banyak hal yang kurang optimal karena perasaan inferiorku yang lebih dikedepankan dibandingkan diri realistisku.
Semakin dijalani, tentu banyak juga konflik yang terjadi, tetapi disitulah seninya. Bagaimana memanajemen konflik, tetap bertahan dan menyelesaikannya dengan rapi. Kata orang tua, jangan membenci masalah, kita tumbuh bersamanya, kita harus menghadapinya. Masalah dalam organisasi ini tidak tanggung-tanggung, mulai dari miss komunikasi dengan internal sendiri, dengan eksternal organisasi, sampai juga berurusan dengan pihak birokrasi. Tentu seorang pemimpin bukanlah siapa-siapa apalagi apa-apa tanpa timnya. Aku merasa sangat terbantu dengan adanya teman-teman pengurus yang selalu sigap dan tanggap dengan hal-hal genting. Selain support system dari para pengurus, bayi-bayi magangers juga tidak mau kalah semangat, mereka suportif dan memiliki semangat tinggi untuk belajar. mereka pun menjadi salah satu alasan aku tidak mau kalah semangat. Hari-hari itu memang pantas untuk dirindukan.

Aku dan Waktu yang Tak Berhenti Berubah.
Banyak hal yang berubah sejak keputusanku telah bulat untuk bergabung dan bertahan dalam organisasi ini. Terima kasih banyak kepada Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Alam Tara yang membuat mataku lebih menyala, hatiku lebih perasa, dan jiwaku lebih mengerti hal-hal yang dulunya kurang aku fahami. Memiliki pengalaman belajar bersama kalian adalah hal yang akan selalu aku kenang. Berkat organisasi ini aku juga tumbuh dan berkembang.

Menyadari, bahwa mungkin di dunia ini ada kalanya orang-orang terdekat mempertanyakan mimpi-mimpi, memandang sebelah mata, bahkan melarang untuk melakukannya lagi dan lagi. Tapi sekali lagi, ini adalah hidup diri masing-masing, selama itu baik , positiv dan membuat kita untuk tumbuh, terus lakukan. Tutup telinga, terus melangkah, jangan ragu, kita sudah cukup dewasa untuk dapat membuat keputusan yang benar dan sesuai apa yang diinginkan. Aku tahu, setiap saat tentu ada keraguan, ketidakpastian, lelah, kehilangan arah, dan perasaan ingin menyerah. Semua itu pasti wajar dan terlampau normal. Aku mengalaminya pun di titik waktu saat ini. Kadang merutuki keputusanku, dan merasa rendah diri, apakah yang aku perjuangkan saat ini sudah tepat dan benar?
Apakah aku berada di jalur yang sesuai dengan apa yang aku cita-citakan?
Apakah apa yang aku bela mati-matian ini akan membawaku kepada suatu yang baik nantinya?

Tentu, jangan khawatir, semua sudah diatur, tepat pada saatnya.
Tugas kita hanya terus percaya, bermimpi, dan tentu saja berdoa.
Aku menyadari, hal-hal baik yang terjadi kepadaku bukan karena sebanyak apa usaha yang sudah kulakukan,
Atau
Sebesar apa pengorbanan yang sudah diberikan,
Aku menyadari banyak orang baik diluar sana yang telah berjuang dan berusaha lebih keras dibandingkan yang telah aku kerjakan

Aku tau, segala sesuatu ini juga bergantung pada seyakin apa tuhan akan memberikannya kepada kita suatu saat nanti.
Dan tentu aku percaya, semua yang telah aku lewati selama masa kuliahku yang terhitung hampir genap empat tahun ini, akan membawa kepada mimpi-mimpiku selanjutnya.
Selamat bermimpi dan jangan lupa mengusahakannya.
Tenang kamu tidak sendiri.
Kita semua sama, sama-sama melewati hal-hal yang tidak pasti, sama-sama sedang mewujudkan apa-apa yang sekarang terlihat tidak mungkin, sama-sama berada dalam angan yang sama. Semangad ya untuk aku dan tentunya untuk kamu yang sudah rela memberikan waktu, energi dan kouta untuk membaca ini sampai selesai.


Salam Hangat,

-cc



Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.