In

Merayakan 22 Tahun Seorang Gadis Biasa



Pada suatu hari di pinggiran hiruk pikuk kota terbesarkedua di Indonesia, hiduplah seorang gadis biasa, memiliki beberapa saudara yang jauh lebih tua darinya, fisiknya juga sehat dan normal, dan tentunya seperti pada umum. Rambut panjang yang dikuncir kuda setiap pagi sebelum berangkat ke taman bermain, matanya tidak terlalu belok ataupun sipit, tubuhnya kurus kecil, giginya sedikit maju karena ia suka memasukkan jari ke mulut ketika tidur yang menurut teori perkembangan hal ini biasa digunakan anak-anak untuk merasa lebih aman dan mengurangi kecemasan dan ia berkulit sawo matang. Kegemarannya adalah bermain, menari, bercerita dan bersepeda, ia tidak terlalu pandai, ia tidak seperti kebanyakan anak seusianya, dalam hal belajar dia membutuhkan waktu lebih lama dan berulang ulang.

Aku masih mengingat ketika di tempat pendidikan al-quran (TPQ) ia harus mengikuti intensif selama beberapa bulan untuk bisa naik ke level Quran di usianya yang sudah memasuki 10 tahunan, sedang mayoritas teman-temannya sudah berada di level tersebut sejak kelas 2 atau tiga. Atau, aku juga masih mengingatnya ketika di taman kanak-kanak, semua teman perempuannya dalam grup marchine band memegang alat musik marching bell atau menjadi mayoret, tetapi ia memegang alat musik drum, kata guru TK, Ia tidak bisa mengikuti ketika diajari bermain marching bell. Atau ketika ia mengigit seorang tetangga di sebelah rumah nenek yang tidak mau turun dari tiang yang juga ia ingin naiki. Atau ketika ia menangis dan sedih karena tidak memiliki teman di sekitar rumah, dan merengek ke orangtuanya untuk membuatkannya seorang adik.
“Ma, aku mau adik, gimana caranya?”
“Itu dibuat dengan cara dijahit, hehehe,”

Gadis kecil itu benar-benar aneh. Aku juga masih mengingat sewaktu SD ia pernah melawan dan berdebat dengan teman laki-lakinya, atau mengirimi surat penuh amarah kepada salah seorang temannya yang mengira ia masih cacar dan bisa menularinya. Di usia SMPnya ia juga pernah berdebat hebat dengan teman laki-lakinya yang sangat menyebalkan menurutnya. Ia sangat membenci laki-laki di saat-saat itu. Tapi anehnya dia juga bisa tergila-gila dengan laki-laki virutal koriyah. Tapi ia lumayan belajar dengan rajin di masa SMPnya, hal itu karena ia memiliki sahabat yang pandai dan baik, jadi sering mengajarinya matematika. Entahlah, sejak SD musuh terbesar gadis itu memang ada di Matematika. Lalu di masa itu juga ia mulai mengenali dunia psikologi berkat salah satu guru TIK yang dengan baik hatinya memberi simulasi tes-tes untuk lebih mengenal diri sendiri sewaktu jam pelajaran. Ia juga memiliki sosok guru yang diteladani, wali kelasnya selama 3 tahun, Ibu Sri Wahyuni. Di akhir-akhir masa sekolah menengah akhirnya, ia belajar ‘lumayan’ serius karena berambisi masuk ke SMA di tengah kota, tentunya dengan persaingan yang lumayan atau bisa dibilang setengah-setengah, ia akhirnya harus masuk ke salah satu sekolah swasta di Sidoarjo, yang untungnya tetap di tengah kota.

Seperti yang sudah aku sampaikan diatas, ia masih gadis biasa, tidak terlalu pandai di kelas, hanya cukup berambisi untuk menjadi agak tidak biasa-biasa, ia mulai tertarik aktif di organisasi, mulai mengerti kegiatan apa yang disukainya, dunia jurnalistik, ia belajar beretorika, juga menjadi penyiar radio yang ‘medok’, but its ok, at least at the end of the day, she realized that and of course okay with that. Di masa remaja yang telah teracuni oleh hall(y)u wave, tentunya ia memiliki gebetan yang berakhir menyedihkan karena di notice tapi diabaikan, HAHAHA, tapi sekali lagi ia masih tidak apa-apa dan menjalani masa remajanya dengan penuh drama dan kebahagiaan bersama teman-temannya. Masa remaja tidak perlu melulu soal cinta bukaaannn???? Hahaha. Hanyalah perempuan-perempuan sok ok ok aja yang bilang begini, sejujur-jujurnya, tentu ia resah, di saat semua temannya pernah disukai seorang paling tidak, mengapa ia tidak? Apa yang salah dari ia. Tapi yasudah gapapa, ia mengalihkannya dengan hafalan tabel periodik, belajar bahasa inggris, jualan pin, ngerjain besar gaya apabila dua motor bertabrakan, dan tentu saja duduk lesehan sewaktu pelajaran tersebut supaya tidak mengantuk, karena kalau duduk di bangku dengan volume suara Bu Guru Uchi tercinta akan tertidur huvt, oiya jangan lupa Ia juga semangat 45!!!111!1 menghafal nama nama ilmiah hewan dan tumbuhan, sejenis oriza satyva. Benar benar masa remaja yang biasa saja bukan? Tapi Ia sangat bersyukur mengalami semua itu. Ia sadar hal-hal sederhana akan menjadi kenangan berharga suatu saat kelak.

Masa agak serius akhirnya pun tiba, Ia harus mulai memikirkan masa depan dan memutuskan untuk menekuni dunia biologi dan psikologi, alasannya sebenarnya cukup abstrak, hanya karena ia mencintai mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan fisik maupun psikis manusia. Sungguh alasan anak muda yang lucu. Namun. Disanah gadis itu, sedang berjuang menyelesaikan tugas akhirnya. Perempuan biasa itu kini sudah berusia dua puluh dua tahun, ia mulai mengkhawatirkan beberapa hal yang dulunya bahkan tidak ada dalam benaknya, ia ingin menjadi anak yang baik bagi orangtuanya, ingin bisa balas budi dan menjadi heroik, dan hal-hal biasa lainnya, yaitu, hidup mandiri dan tidak menyusahkan mereka.

Hal hal biasa yang ingin diluar biasakan itu berubah menjadi, apa salahnya menjadi biasa saja? Bukankah dari hal hal yang biasa kita lakukan, akan membawa kita kepada sesuatu?
Apa salahnya? Toh ia yang memang sejak awal penuh kesederhanaan, apa salahnya berhenti terlalu berharap banyak pada diri sendiri, cukup lakukan hal yang harus dilakukan, sisanya biarkan semesta.
Ia memang hanya perempuan biasa yang ingin menjadi lebih baik dari dirinya kemarin bukan lebih baik dari siapapun


1 Syawal 1440H
Selamat merayakan hari kemenangan, kamu.
Tanpa harus menang dari siapapun, yang paling penting adalah kamu harus menang dari hawa nafsumu, yak~

Read More

Share Tweet Pin It +1

3 Comments

In #catatanmahasiswasemesterakhir

Belajar Menjadi Rang Kantoran~


Sidoarjo.
Kamis, 28 Maret 2019

“Bumi berputar begitu kencang belakangan. Sewaktu-waktu begitu meyakinkan, sewaktu-waktu begitu mengecewakan. Apakah begini rasanya hidup dalam pusaran waktu tak tentu.“

Jum’at, 8 Februari 2019
Hari pertama magang, aku dalam keadaan penuh tanya. Kepalaku tidak berhenti berbicara. “Seumur-umur, tidak pernah otakku seberisik ini,” keluhku dalam pilu. Tapi, Allah terlalu sayang sama Sisi. Di hari pertama, banyak energi baik dan harapan datang lewat seorang perempuan. Ratri. Ia menemani prosesku menuju ke tahap-tahap yang lebih susah.   

RATRI
Hai, Ratri. Izinkan aku menuliskan tentang kamu dalam laman pribadiku.
Mengenalnya kali pertama karena terlibat dalam satu organisasi pers mahasiswa fakultas. Di awal semester, ia juga menjadi tim HUMAS kampus kami. Selain aktif dalam dunia peliputan, ia juga penyanyi di paduan suara kampus. Di tahun-tahun berikut, waktunya lebih banyak dihabiskan di organisasi lingkup surabaya dan dewan eksekutif mahasiswa fakultas. Kami sebenarnya tidak begitu dekat, hanya beberapa kali temu dan saling menyapa.
Tapi, mendadak kami satu tempat magang, banyak hal yang dibagi, dengan segala perbedaan, kami tetap bisa satu frekuensi. Ratri dengan keteraturannya, dan aku, sebaliknya. Ratri dengan segala kepedulian terhadap hal-hal kecil yang sering aku remehkan sebelumnya. Ratri dengan segala kemandiriaannya, dikala aku, selalu hidup dalam perhatian dan dukungan penuh dari berbagai penjuru. Tapi, perbedaan ini yang membuat kami perlahan saling mendekat.
Ia semacam mentorku selama proses internship, yang mengajariku soal administrasi marketing, administrasi perusahaan kementerian sampai swasta, soal perusahaan, soal dinamika, soal ritme, bahkan sampai soal kehidupan. Ya, selengkap itu aku mempelajari kenyataan hidup 8 minggu terakhir. Aku masih ingat kata-katanya padaku yang masih banyak naifnya ini, 

“Dunia itu kejam Sisi, kamu harus tahu itu, mungkin saat ini kamu belum benar-benar merasakannya, tapi nanti, suatu saat, kamu harus lebih hati-hati,”
.

***
Sebenarnya aku ingin menulis pengalaman konyolku ketika proses belajar di sana. Karena, aku rasa dunia menjadi terlalu serius, aku ingin mengenang diriku yang 'agak ehe gimana ya ceritanya' itu supaya menjadi evaluasi diriku dan mungkin bisa sedikit menghibur teman-teman yang sempatkan waktu untuk membaca tulisan random aku ini.
hehehe
Jangan banyak ketawa ya setelah baca beberapa hal dibawah ini.

1   TRAGEDI MENGANGKAT TELEPON
Jadi, tugas selama magang di perusahaan selain menjadi admin marketing yang melakukan proses persiapan data untuk lelang -dengan cara input data-, aku juga melakukan tele-survey, pengiriman surat penawaran pelatihan, pendataan undangan, regulasi administrasi umum, sampai memberi makan ikan.

Hari itu, Ratri sedang berada di lantai dua karena melakukan tugas sebagai ibu personalia, dan aku sedang melakukan sesuatu dengan laptop. Tiba-tiba ada telepon berdering dengan kencangnya, membuat kepala pusing, huft. Aku bahkan tidak sempat menyakan nama bapak penelepon. Aku hanya mendapat info, bahwa, tadi yang telepon adalah LAN (Lembaga Administrasi Negara) salah satu kota yang meminta tim marketing untuk melakukan pembuktian data dengan ke kantor mereka. Sungguh, mereka tidak berbicara dengan tanda baca, cuepet pol. Aku kewalahan dan ketakutan -eh, emang lihat setan ya kok takut Si, ya intinya nerves, karena ini juga kali pertama nerima telpon dari luar kantor dan langsung berhubungan dengan proyek penting perusahaan-. Disitu letak kesalahanku. Tidak menanyakan nama penelepon dan tidak menyambungkan telepon ke tim marketing. Ini tentu membuat miss communication. Aku memang sudah memberi nomor telepon Ratri untuk dihubungi kembali, tapi sampai beberapa jam kedepan, tidak ada info lebih lanjut. Aku merasa payah. Angkat telepon gini aja ga becus, dasar! Dan tentu merutuki diri sendiri, tapi aku harus mencari solusi, dan iya, aku menelpon kembali ke pihak LAN, akhirnya berhasil sampai ke bapak-bapak yang menelpon pertama tadi, dan langsung menghubungkannya dengan tim marketing. Selepas itu, aku menangis bersyukur (ini nangis beneran woy, hmm, nangis yang kaya lega gituuuu), masih dibantu dan diselamatin Allah, gimana coba kalau karena aku menggagalkan proyek perusahaan hanya karena kebodohanku, pikirku waktu itu. Tapi aku sudah memaafkan diriku kok, mehehe santay. Dan akhirnya membuat SOP mengangkat teleponku sendiri:3 Respon Ratri? Wah, dia ngaakak melihat tingkahku gini, katanya lucu, mehehe.......

aku hanya menimpalinya, “Ya soalnya ini bukan perusahaanmu Rat, coba bayangkan kalau kamu jadi Bos, punya pegawai seperti aku, pasti kamu juga pen nabok,” huhuh sambil melo-melo gituuuu:333

      MEMBELI JAJAN SAAT ADA BU BOS
Ini ceritanya agak lucu-lucu bego sih ya... mehehehe. Jadi begini, sewaktu itu di kantor sedang ada tugas input data, dan aku kan suka ngantukan gitu kalau kerja duduk diem mantengin layar laptop sambil pindah data, lalu aku pergi ke kantin kejujuran, di lantai dua, untuk membeli jajanan tentunya. Cara membayarnya cukup mudah,  yaitu dengan masuk ke ruangan si pemilik dagangan, tepat di samping jajannya dijajakan gitu. Aku dengan lugunya masuk, dan membayarnya kepada Mbak Mel, nama beliau. Dan ya, selesai membeli, aku tentunya turun kan yha... keesokan harinya aku kembali ke ruangan tersebut, karena ada suatu kepentingan. Dan Mbak Melisa, Mbak Dita –yang juga satu ruangan– bertanya kepadaku,

“hey Si, kamu kemarin kok berani banget masih tetep beli jajan meskipun ada Ibu Pimpinan,”
”loh ketahuan ta mbak?”
”lah ya gimana sih, yaiyadong, kan kemarin di dalam ruangan ini juga,”
”ha? Gimana sih mbak, aku bingung, gimana gimana? Kemarin bukannya itu Bu Ruli ya? Yang duduk disitu?”
”heh!1!!11!, bukan toh, itu kemarin Ibu Pimpinan, yaopo rek Sisi,”
”......”

Tentu aku speechless dengan diriku sendiri, sebegitu ga sadarnya yah!1!!!!1 Baka!1!!!!111 :’
Sedih, dan merasa bodoh disaat bersamaan. Banget. Huhuhu.

RAPAT BULANAN
Yaps, sekitar dua bulanan aku magang di perusahaan itu, tentu aku juga dua kali mengikuti rapat bulanan yang soooooo makes me confused, dan andalanku ketika bingung adalah mencoba tetap terjaga. Entah mengapa, aku sangat mengantuk ketika mereka membahas hal-hal yang susah aku mengerti. Aku hanya bisa mendengarkan dan mencoba memahami apa-apa yang mereka sampaikan. Aku merasa sangat oon sekali gitu, ga nyambung-nyambung ketika mereka bahas sirkulasi proyek dkk, eiiitss tapi aku selalu "terlihat" semangat dan berusaha mengikuti alur. Aku rasa itu sangat membantuku memahami pelan-pelan, dan semakin lama tentu aku juga semakin memahami alurnya, meski kadang masih ngantukan. Hey emang kapan kamu ngga ngantuk sih Siiii~
wkwkw, teman-teman jangan ngantukan kaya aku yhaaa. ingat itu, pesan moral darikuu.....

MEMBERI MAKAN IKAN
Dari semua kegiatan magang, yang paling aku suka adalah bagian ini. wuwuwuw. Ketika Bapak dan Ibu Bos sedang berlibur bersama keluarga mereka, aku menawarkan diri kepada Pak Sat, salah satu supir perusahaan untuk membantu mengerjakan bagian perawatan ikan, dengan memberi makan mereka. Huhuhuh. Itu benar-benar menyenangkan. sepertinya pekerjaan merawat itu hal yang kecil bukan? tapi apakah kalian tahu, perawatan itu penting sekali. Dan tugas Ratri sebagai personalia di perusahaan itu juga adalah dengan merawat. Merawat fasilitas, merawat sarana dan prasana, merawat data-data pegawai, merawat hewan dan tumbuhan yang ada di perusahaan, tapi tidak secara langsung siih, Ratri menjadi koordinatornya begitu dan bagian follup-follup. hehehe

Huh, hmhmhm. Tetapi merawat itu bukan hal yang main-main loh ya, apalagi merawat perasaan kamu ke aku yang labil gini, makasi ya, eh kok curhat. hahaha. Baik mungkin cukup sekian dan wasalam.

eii tapi kalian merasa clickbait nanti yaa, hahaha. Belum kok, belum selesai.
Aku akan memberi Punch Paragraph

Jadi Punch Paragraph itu apa?
Itu semacam konklusyen atau kesimpulan dari tulisan yang aku bikin, apa yang bisa aku ambil dari pelajaran belajar menjadi seorang pegawai kantoran..

Hal Baru yang Aku Pelajari karena Magang adalaaaaaahhhh~
  • Mengenal Kementerian yang ada di Indonesia
Tugas pertama yang aku terima ketika internship adalah menyiapkan amplop surat penawaran jasa perusahaan kami kepada seluruh kementerian yang ada di Indonesia, Totalnya ada 1395 surat dengan rincian 123 Direktorat Jenderal, 581 Direktorat, 62 Deputi, 288 Asisten Deputi, 22 Inspektur Jenderal, 82 Inspektur, 41 Badan (sesuai nama kementerian), 158 Pusat (sesuai nama kementerian), dan 38 Kepala Pusat (sesuai nama kementrian). 

Hal yang aku tanyakan kepada Ratri saat itu adalah, "Wah Rat, Menteri kita banyak yah, itu kerjaannya ngapain aja, kok bisa banyak gitu, wahh ternyata negara kita ini bukan main kompleksnya ya, dah macam kepribadian manusya aja, komplikated. hehehe" 

Ohiya dan aku juga suka sekali sama nama-namanya kementrian kita, lucu-lucu tauk. hehehe. Ih akunya emang dasar yang kurang apdet apa ya, cuma tau Kemenrisetdikti, Kemenag, Kemenpora, Kemenkeu, Kemenkes, Kemkominfo, sama Kementriannya Bu Susi. Disini aku belajar lebih aware sama organisasi dalam ruang lingkup yang lebih besar, yaitu negara. Dan tentu pengetahuan ini sangat penting, setidaknya menjadi dasar untuk aku sedikit tau mengenai dunia jurusan Administrasi Negara.
  • Mengerti fungsi akreditasi

Karena perusahaan tempat aku magang merupakan perusahaan pelayanan jasa konsultasi akreditasi, survey kepuasan pelanggan dan semacamnya, jadi semakin mengerti fungsi adanya akreditasi sebuah instansi itu untuk apa. hahahaha. Ya tentunya untuk mengawasi lembaga tersebut telah menjalankan organisasi/instansinya sesuai standart operasional prosedur. Semisal contoh, UIN Sunan Ampel Surabaya baru-baru ini mendapat akreditasi A, waaa selamat ya, nah itu artinya Universitas kita telah menjalankan administrasi, pelayanan, dan memiliki fasilitas yang sangat baik untuk menjadi fasilitator media pendidikan bagi para mahasiswa didalamnya dan layak diakui apabila meluluskan para sarjananya, kalau mereka mendapat nilai IPK sekian-sekian itu dengan proses panjang dan dapat dipertanggungjawabkan. Begitu teman-teman.
  • Kenal sama Mba RIA SW
Karena internship ini juga, Ratrri mengenalkan aku sama foodvlogger kesukaan dia yang inspiring banget! Aku belajar banyak dari Mba Ria SW ya meski kita cuma bertemu di dunia maya, tapi aku senang sekali bisa dapat banyak insight dan positive vibes dari dia. Seperti, hal-hal yang dilakukan sepenuh hati dan konsisten selama itu buat kebaikan diri dan oranglain pasti akan menjadi baik juga. Mba Ria juga selalu mengajarkan para viewersnya untuk berusaha keras dengan apa yang dimimpikannya dan bersyukur atas apa yang sudah dimiliki saat ini, dan yang paling penting dia mengajarkanku untuk terus belajar dan tumbuh dengan cara 'love ourself at first place then u can love others'. Aku benar-benar seperti mendapat terapi dari dia. Makasi ya Mba Ia~
  • Semakin mengenal diriku sendiri
Hal yang aku syukuri karena proses magang ini adalah, aku menjadi semakin sadar mana tempat yang memang membuatku nyaman dan bisa terus belajar dan berkembang, dan mana tempat yang kurang sesuai dengan karakteristikku yang mana makin membuatku pesimis. Jujur, aku merasa dunia kantoran -at least dalam tempat magangku- benar-benar beda dengan dunia perkuliahanku saat ini. Sewaktu menjadi admin marketing banyak hal baru yang belum aku biasa jumpai, dan membuat aku banyak takut. Aku juga sempat sangat minder belajar kerja kantoran, karena selain berbeda dengan bidang kuliahku, aku juga memang kurang nyaman bekerja di bidang clerical.

Memang mungkin, bekerja kadang nggak bisa relevan sama bidang yang kamu pelajari di kampus. Tetapi lagi-lagi hidup ini adalah pilihan bukan? Dan saat ini fokusku memang di tugas akhir, bukan bekerja, aku belajar keluar dari comfort-zoneku dan mencoba mencari pengalaman baru di bidang lain. Syukurnya, kontrakku tidak diperpanjang, sehingga aku bisa selesai internship sesuai jadwal. 

Kemudian aku  juga  = lebih nyaman bekerja dengan bertemu orang-orang, sedangkan disana, pekerjaanku lebih banyak di depan laptop. Aku semakin merasa tempatku memang bukanlah disini. 

Modal utama dalam bekerja adalah proaktif, peduli, displin, semangat, kerja keras dan menyelesaikan jobdesk kalian dengan baik, oiya satu lagi, nggak boleh baperan. Kita ngga boleh sedih berlarut-larut ketika salah dan diingatkan atasan, tetapi terima dan perbaiki. Jan melo-meloan lagi ya Siii, Ayo semangat!1!! salah dalam bekerja adalah wajar, tapi ya jan di ulang-ulang yhaa, hehehe, intinya mau belajar dan terus memperbaiki diri, supaya kinerjanya optimal.

Buat teman-teman yang sudah membaca tulisan ini sampai selesai, aku ingin menyampaikan sesuatu untuk diriku sendiri maupun kamu, kalau sesungguhnya yang cemas dan khawatir akan masa depan what will look like tidak hanya aku, atau kamu, tapi sebagian besar seperti itu. Aku juga sempat sedih ketika banyak hal di magang kadang tidak berjalan dengan baik. Ketika hanya aku yang tidak ditawari perpanjangan kontrak kerja oleh perusahaan tempatku magang, ketika skripsi yang sudah aku garap sejak Bulan Oktober dan saat ini masih menuju Bab 4, aku sempat malu dan menyalahkan diriku. Tapi, untuk apa aku menyesali semua itu?

Aku harusnya bersyukur sudah berhasil keluar comfort-zone  dan menyadari jalan orang itu tentu berbeda-beda, Begitu juga kalian, aku tau kalian semua sudah berusaha keras. Mari kita melihat sebentar kebawah dan tidak selalu membandingkan diri dengan yang lebih-lebih.

Bagaimana kalau aku dan kamu sekarang sama-sama belajar mensyukuri apa yang sudah dimiliki saat ini. Tidak sedikit orang yang diam-diam juga mengharapkan ada di posisi kamu loh. :)

Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab si empunya a.k.a saya, apabila kamu memiliki pandangan atau opini berbeda, aku akan sangat senang saling bertukar isi pikiran dengan kamu via apapun, bisa di kolom komentar, email, whatsaap atau medsos lainnya:)

#CATATANSISI
si Mahasiswi Semester Akhir


Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments

In

Lihatlah Lebih Dekat

Entah mengapa, kadang aku merasa ketakutan akan hal-hal irasional
Takut Mencintamu
Takut bergantung padamu
Takut menikmati perasaanku untukmu selama ini
Kenapa aku hidup dalam ketakutan?
Untuk apa aku hidup dalam ketakutan?

Hal-hal yang seharusnya dapat aku syukuri saat ini
Justeru berbanding terbalik dengan keadaanya.

Aku mengkhawatirkan sesuatu yang sewajarnya dinikmati oleh kebanyakan manusia
Khawatir jatuh terlalu dalam
Kehilangan kepercayaan
Kecewa
Dan
Merelakan manusia menjadi manusia
Apa yang salah denganku?
Pasti ada hal yang tidak beres.

Kamu berceritra soal apa saja keresahanmu
Kusimak baik-baik
Kamu benar-benar telah melalui banyak hal
Kataku dalam hati,
Tentunya tanpa aku ingin kamu menyadarinya
Aku memang tel ah memiliki segala-galanya yang tidak bisa dibeli dengan materi
Coba lihat lebih dekat
Apa yang kurang dari dirimu Si?
Bersyukurlah!

Terima Kasih, sudah selalu ada di sisiku.
Bahkan terkadang, kamu harus memperlambat langkahmu untuk sekedar mengiringiku.
Semoga semesta selalu mendukung kita ya.




Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #selftalk

Akan tiba saatnya.

Akan ada saat dimana kamu menyadari, tidak ada yang pernah menyelamatkanmu dari gerumulan dirimu, dari dalamnya lautan pikiranmu, dari kecemasan kecemasan tak beralasan, kecuali dirimu. Maka selamatkanlah dirimu. Kamu yang harusnya paling bertanggung jawab atas dirimu. Berhentilah mengasihani dirimu sendiri Si:)
Dan mari lihat sisi opportunity, bukan masalah-masalahnya:)
Biasanya, lagu apa yang kamu dengarkan saat ingin berbicara dengan dirimu sendiri?
Kalau aku, suka instrumental di tengah malam sepi yang senyap. Suara air jatuh, atau duduk berjam-jam diatas sajadah sambil memeluk doa-doa.


Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #selftalk

Menjadi Aku, Menjadi Kamu, Menjadi Kita.

Tulisan kali ini aku buat untuk memperingati bulan kelahiran Lembaga Pers Mahasiswa di fakultasku, tempat belajarku selama kurang lebih tiga tahun penuh. Aku ingin bercerita sedikit soal pengalaman berhargaku itu. Sekaligus mengenang hal-hal yang sudah aku lewati selama ini.

Menjadi Anak Pers.
Awal mula bergabung dengan Unit Kegiatan Khusus (UKK) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) sebab ingin kembali menggeluti dunia jurnalistik yang sempat aku cicipi di bangku sekolah menengah atas. Rasanya tentu begitu mengasyikan, bisa jalan sekaligus melakukan proses liputan sampai menulis sebuah artikel -meski dulu di SMA hanya menulis majalah yang terbit enam bulan sekali- kemudian dilanjutkan dengan menjadi penyiar radio setiap Hari Rabu dan Kamis. Sempat mengikuti sebuah kompetisi jurnalistik di salah satu universitas milik Kota Surabaya. Ketika itu, rasa meluap yang tertuang dalam pikiran, karena menemukan apa yang ingin dilakukan dalam kehidupanku kedepannya. Aku begitu bersemangat, sampai rasanya jantung mau lepas. 

Baik, mari kembali ke masa awal memilih masuk UKK Pers Mahasiswa. Di waktu yang telah ditentukan, sama, seperti aku versi remaja. Sebelum dan sampai pada akhir masa euforia, aku yang memahami apa-apa yang perbedaan jurnalistik dengan Lembaga Pers Mahasiswa, agaknya mendapat beberapa titik yang menjadi stressor tersendiri, ditengah-tengah padatnya jadwal pengerjaan tugas jurusan psikologi, mulai mencoba beradaptasi dengan kesibukan-kesibukan yang sama-sama minta diprioritaskan. Setiap seminggu sekali, buletin kami harus siap cetak -meski pada kenyataannya selalu saja ada waktu telat cetak-, kami juga dituntut untuk lebih peka terhadap kebijakan, isu yang sedang hangat, sampai hal-hal apa saja yang menarik dan dekat diantara kami. Jadwal untuk rapat tema selama dua minggu sekali juga sempat mendadak menjadi seminggu sekali karena adanya peleburan tim. Awal-awal menjadi maganger adalah saat-saat terberat menurutku. Di waktu itu, bahkan ayah ibuku beberapa kali memarahi karena sering pulang malam, ditambah afirmasi dari kakak-kakakku yang temakan strerotype perempuan tidak pantas pulang malam, padahal itu proses belajar dan mengembangkan diri, pikirku ketika itu. 

Menulis, wawancara, observasi, membuat outline, mentranskrip hasil wawancara, memotret, memilih foto yang sesuai angel, adalah hal yang umum di kamus baru seorang Sisi. Aku lebih sering berdiskusi, bertanya, dan tentunya mencari isu-isu baru untuk rapat tema selanjutnya. Aku tentu pernah mengeluh, bahkan kalau mau dibilang sering, ya bisa juga, hehe. Beberapa kali menulis di rubrik berita, dua kali menjadi pemred dan di beberapa kegiatan menjadi koordinator, meski juga ada waktu habis karena mencibir, disisi lain, aku terbiasa dan semakin menikmati itu. Aku suka ketika harus melakukan wawancara, menggebu ketika mengejar-ngejar narasumber, antusias ketika menuliskan dan merangkai kata-kata, yang juga dibarengi dengan tanda merah dan kuning di teks yang disetorkan kepada senior. Itu tandanya tulisan yang aku buat harus ditinjau ulang. Tapi tentu saja, bisa itu karena terbiasa bukan?
Pelan-pelan warna warni di layar monitor laptop semakin berkurang dan tulisanku bisa diterbitkan lebih cepat. Bahasa menjadi lebih luwes, angel berita lebih tepat, foto juga makin ciamik, kata senior, meski jujur, aku juga tau, itu masih jauh dari kata ideal dalam penulisan berita atau rubrik lainnya, tetapi, aku tetap senang karena itu artinya ada kemajuan sedikit demi sedikit. Aku bersyukur, sering mendapat coretan dari senior benar-benar membuat banyak perubahan dalam tulisan maupun cara berpikirku. Tak lupa, aku juga mau berterima kasih kepada teman-teman lainnya yang memberiku ruang lebih luas untukku belajar menulis dan berpikir. 

Membaca.
Di tahun kedua memasuki dunia ini, kegiatan turun lapangan jauh lebih sedikit, saat itu aku banyak mencoba kegiatan-kegiatan diluar kampus dan mengikuti pelatihan kepenulisan yang ada di Kota Pahlawan. Ingin mencoba sesuatu yang lebih baik, yang bisa membuatku belajar dan berkembang lebih banyak, gumamku. Selain mencoba hal baru, aku juga mulai menyukai aktivitas baru, yaitu membaca buku -selain yang ditugaskan oleh dosen loh ya, hehehe-. Buku pertama yang katanya harus dibaca para aktivis ialah milik Pram, dengan judul Bumi Manusia, aku mendapat rekomendasi itu dari salah seorang senior yang juga sama-sama menggeluti dunia ini. Jujur, aku sebenarnya bukan tipikal orang yang cepat dalam menganalisis tulisan, otakku perlu lebih banyak waktu dan ruang yang tenang untuk dapat menyerap dengan baik. Tapi, tentu, aktivitas membaca adalah hal yang harus aku coba biasakan, di masa-masa kuliah, masa merdeka-merdekanya mempelajari apapun yang mau kita pelajari, konon katanya. Aku menemukan ketenangan ketika itu dan menikmati waktu bersama buku-buku yang bisu, namun berisik begitu aku membacanya. Aku mencoba membaca novel sci-fi, macam Deception karya Dan Brown, juga novel soal rasisme, To Kill a Mockingbird karya Harper Lee. Hal-hal berbau kultur, manusia, dan teknologi begitu menggiurkan. Lagi-lagi aku mendapat banyak rekomendasi buku bagus juga karena lingkup pertemananku di dunia pers. Salah seorang teman yang juga anggota pers mahasiswa tingkat fakultas itu begitu pandai dan cinta buku. Tak jarang kami diskusi soal buku sampai hal-hal receh yang membuat tertawa.

Meningat-ingat masa kuliah, jadi rindu duduk di kelas, mendengarkan dosen menyampaikan pesan-pesan motivasi kehidupan, alih-alih membahas mata kuliah, kadang juga nyeleneh ke konseling pendidikan anak usia dini, konseling pra-nikah, hadeehhh kenapa lagi ini dosen-dosen psikologi doyan banget bahas masalah keluarga dan kehidupan. Eh tapi kadang lupa, psikologi memang membahas mengenai kehidupan dan, iya, semua itu bersinggungan dengan kehidupan. 

Pemimpin atau Pemimpi?
Banyak sekali hal-hal yang terjadi di tahun ini, dan tentunya banyak juga hal yang aku pelajari sebagai individu yang mendapatkan peran baru. Pemimpin. Jujur, di ruang lingkup terkecilku, keluarga, aku adalah anak terakhir yang sama dengan kebanyakan anak terakhir pada umumnya. Ceroboh atau kurang hati-hati, menerima banyak sekali perhatian, mudah cemas dan tentu saja masih sangat membutuhkan bantuan dalam pengambilan keputusan, oiya jangan lupa, ciri penting anak terakhir dalam teori kepribadian milik Adler, ambisi yang tidak realistis. hehehe. iya, aku seorang pemimpi ulung. Dalam fase ini, aku mengalami perasaan inferior berkepanjangan.Banyak hal yang kurang optimal karena perasaan inferiorku yang lebih dikedepankan dibandingkan diri realistisku.
Semakin dijalani, tentu banyak juga konflik yang terjadi, tetapi disitulah seninya. Bagaimana memanajemen konflik, tetap bertahan dan menyelesaikannya dengan rapi. Kata orang tua, jangan membenci masalah, kita tumbuh bersamanya, kita harus menghadapinya. Masalah dalam organisasi ini tidak tanggung-tanggung, mulai dari miss komunikasi dengan internal sendiri, dengan eksternal organisasi, sampai juga berurusan dengan pihak birokrasi. Tentu seorang pemimpin bukanlah siapa-siapa apalagi apa-apa tanpa timnya. Aku merasa sangat terbantu dengan adanya teman-teman pengurus yang selalu sigap dan tanggap dengan hal-hal genting. Selain support system dari para pengurus, bayi-bayi magangers juga tidak mau kalah semangat, mereka suportif dan memiliki semangat tinggi untuk belajar. mereka pun menjadi salah satu alasan aku tidak mau kalah semangat. Hari-hari itu memang pantas untuk dirindukan.

Aku dan Waktu yang Tak Berhenti Berubah.
Banyak hal yang berubah sejak keputusanku telah bulat untuk bergabung dan bertahan dalam organisasi ini. Terima kasih banyak kepada Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Alam Tara yang membuat mataku lebih menyala, hatiku lebih perasa, dan jiwaku lebih mengerti hal-hal yang dulunya kurang aku fahami. Memiliki pengalaman belajar bersama kalian adalah hal yang akan selalu aku kenang. Berkat organisasi ini aku juga tumbuh dan berkembang.

Menyadari, bahwa mungkin di dunia ini ada kalanya orang-orang terdekat mempertanyakan mimpi-mimpi, memandang sebelah mata, bahkan melarang untuk melakukannya lagi dan lagi. Tapi sekali lagi, ini adalah hidup diri masing-masing, selama itu baik , positiv dan membuat kita untuk tumbuh, terus lakukan. Tutup telinga, terus melangkah, jangan ragu, kita sudah cukup dewasa untuk dapat membuat keputusan yang benar dan sesuai apa yang diinginkan. Aku tahu, setiap saat tentu ada keraguan, ketidakpastian, lelah, kehilangan arah, dan perasaan ingin menyerah. Semua itu pasti wajar dan terlampau normal. Aku mengalaminya pun di titik waktu saat ini. Kadang merutuki keputusanku, dan merasa rendah diri, apakah yang aku perjuangkan saat ini sudah tepat dan benar?
Apakah aku berada di jalur yang sesuai dengan apa yang aku cita-citakan?
Apakah apa yang aku bela mati-matian ini akan membawaku kepada suatu yang baik nantinya?

Tentu, jangan khawatir, semua sudah diatur, tepat pada saatnya.
Tugas kita hanya terus percaya, bermimpi, dan tentu saja berdoa.
Aku menyadari, hal-hal baik yang terjadi kepadaku bukan karena sebanyak apa usaha yang sudah kulakukan,
Atau
Sebesar apa pengorbanan yang sudah diberikan,
Aku menyadari banyak orang baik diluar sana yang telah berjuang dan berusaha lebih keras dibandingkan yang telah aku kerjakan

Aku tau, segala sesuatu ini juga bergantung pada seyakin apa tuhan akan memberikannya kepada kita suatu saat nanti.
Dan tentu aku percaya, semua yang telah aku lewati selama masa kuliahku yang terhitung hampir genap empat tahun ini, akan membawa kepada mimpi-mimpiku selanjutnya.
Selamat bermimpi dan jangan lupa mengusahakannya.
Tenang kamu tidak sendiri.
Kita semua sama, sama-sama melewati hal-hal yang tidak pasti, sama-sama sedang mewujudkan apa-apa yang sekarang terlihat tidak mungkin, sama-sama berada dalam angan yang sama. Semangad ya untuk aku dan tentunya untuk kamu yang sudah rela memberikan waktu, energi dan kouta untuk membaca ini sampai selesai.


Salam Hangat,

-cc



Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #poem

NAIF

apa yang sedang terjadi....
Bingkai foto, kertas-kertas, dokumen, kenangan, masa remaja yang naif, polosnya perempuan kecil itu, meski usianya tahun ini terbilang genap dua puluh dua tahun. Apa sebenernya yang diketahuinya. Apa sebenarnya yang dipercayainya. Apa sebenarnya yang diharapkannya. terhintung kurang lebih tiga bulan terakhir, sedikit demi sedikit, bertemu, menyadari, mengamini, hal-hal yang ditolaknya. Laki-laki yang dipujanya, dan menjadi cinta pertama di masa remaja dan terproyeksikan dalam imaji salah seorang senior yang berparas sedikit mirip, pecah bergulir. Sosok yang diidealkan dalam lingkup terkecil hidupnya, yang membuatnya merasa aman, pun sama, kini semakin tampak, apa-apa yang ditakutkannya. Salah satu pendidik yang merangkap sebagai seorang atasannya pun, mengatakan, "Ah, kamu ini polos sekali," sembari sesekali tertawa keheranan. Bagaimana ada manusia senaif itu yang sudah memasuki usia dewasa awalnya.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #poem

mimpi.

memetik mimpi dihamburan bintang-bintang
menjelajah ke hutan-hutan
mendaki ke bukit-bukit
dimanakah kamu sekarang berada?

mimpi?
putih dan bersih
seperti seorang bayi yang dilahirkan
apakah selamanya akan seperti itu?

hari
hari ini aku mendengar seseorang mengatakan
untuk jangan berhenti bermimpi
katanya,
selipkan itu dalam doa-doa
ah iya
aku masih punya itu
Doa

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #poem

as time goes by.

As time goes by,
I learn so much
Not to rush in my time
Not to compare myself with other
either to look better or to look pitiful
Not to complaining on the smallest or largest things in my life
everything will be okay in the end
and, yup, everyone is struggling
is not always about myself
everyone is on their progress too
is not only me who get depressed sometime
is not only me who feel insecure about future
is not just me who don't know about will be who we are in the future
is not just me.
we are all the same.

maybe it's look someone has the brighter future, now
doesn't mean it will be like that, tomorrow
even when someone look didn't have anything to do right now, they will be trash in the future
its still did not certain and will be like that too
Me, just must be know what I am going to do right now
love it
and grateful about what i already have now.
what it suppose tobe, it will be.
You are not to think you are more important than us.
equality and respect is a must thing I learned now and for my kids in future



from
21 years old of myself.

to
me.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #resensi

Naruse Jun, Melanie Klein, dan Posttraumatic Stress Disorder

Bunga-bunga kembali bermekaran, seperti januari lalu. Jalanan masih sama, berisik, tapi tetap menarik untuk dinikmati. Daun-daun jatuh dari pohonnya, terhempas kendaraan-kendaraan tinggi dan menyisakan rerontokan yang cantik berhamburan, menepis kaca helm.

Hari berjalan seperti biasa. Bangun di waktu yang dini, mempersiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Makanan dan Doa. Ia sibuk di dalam dapur sederhana bernuansa coklat putih untuk memasak sayur mayur. Dan Kamu, mempersiapkan tabungan untuk hari penetapan. Apa sebenarnya yang dicari?
***
Hari Minggu itu, perempuan dengan banyak imaji kembali membuka laptop biru, menatap layar monitor dan memutar Film berjudul "Anthem of the Heart", sambil berdecak dalam hatinya yang sedang kalut tak karuan, ia mengatakan,"baiklah, mari kita mulai perjalanan ini,"
***
Film yang dirilis pada 19 September 2015 oleh Studio Ghibli dengan durasi kurang lebih dua jam itu menceritakan mengenai perjalanan hidup seorang gadis kecil yang ceria, suka bercerita, dan berimajinasi, Naruse Jun, yang mendadak kehilangan segala keceriaan dan suara nungilnya akibat beberapa peristiwa traumatis dan berdampak dalam masa remajanya.
***
Jun, gadis manis -meski hanya animasi yah, tapi bener wajahnya manis- berlarian dan bersorak-sorai mendatangi sang Ibu, menceritakan hal yang magis baginya. Ia baru saja mendatangi sebuah istana. Istana itu adalah tempat ia akan menemukan pangerannya suatu saat kelak. Tapi, hari itu, ia melihat ayahnya keluar dari sana, bersama seorang perempuan yang tidak pernah ia temui.

 "Ibu, hari ini aku melihat Ayah, keluar dari istana, Ia seperti seorang pangeran dan sedang bersama seorang puteri, tetapi bukan Ibu, kalau begitu, berarti Ibu jadi Ibu Penyihirnya saja ya, eh tapi, penyihir yang baik," celotehnya tanpa spasi.

"Kamu ini ya selalu mengatakan semuanya, bukannya sudah Ibu bilang, lebih baik kamu makan ini saja dan diam," balas Ibunya dengan segudang tanda tanya sembari mengunyah makanan yang disodorkan ibunya, yang juga sedang disiapkan untuk bekal si Ayah.

Selang beberapa hari dari kejadian tersebut, sang Ayah mengemas dan memesan truk untuk memindahkan barang-barangnya. Naruse menghampirinya dan bertanya, apa yang sedang terjadi, apakah ayah dan ibu bertengkar, tidak bisakah ia membantu mereka berbaikan.

Ayahnya hanya tersenyum dan berkata,

"Kamu ini ya, memang tidak bisa diam, selalu berbicara, kamu tahu, kamu yang menyebabkan semua ini terjadi," lalu berlalu pergi meninggalkan rumah itu.

Jun menangis hanya ditemani angin bukit dan anak tangga tak bertepi, apa yang ia lakukan, sampai membuat semuanya menjadi seperti ini. Ia sendiri juga tidak ingin hal tersebut terjadi. "PLUK" tetiba ada suara telur menggelinding disebelahnya dan menjadi seorang pangeran. Pangeran yang mengatakan semua ini terjadi karena kata-kata yang keluar dari bibirnya. Dan terhitung hari itu, pangeran mengunci mulut Jun, sehingga Jun tidak bisa berbicara kembali.

Selang beberapa tahun, Naruse Jun akhirnya mengeluarkan kata pertamanya semenjak kutukan pangeran itu.
"Tidak," katanya, yang lebih mirip dengan berteriak gagap dibandingkan berbicara.

Hal ini terjadi ketika ia ditunjuk oleh guru kelas sebagai komite yang mengurus kegiatan penggalangan dana. Cerita baru akhirnya dimulai, Naruse Jun bersama teman-temanya melewati, mengumpulkan kepingan-kepingan diri dan bersemai. Memberikan sebuah pertunjukkan, menciptakan karya sastra berupa drama musikal. Pembuatan musik, lirik dan alur cerita, semua dilakukan bersama.

Tokoh dalam cerita ini juga banyak didukung oleh ketiga teman Naruse Jun lainnya yang juga bertugas sebagai komite penggalangan dana.

Tokoh pertama ada Sakagami Takumi, tokoh laki-laki yang mampu memainkan dan membuat musik, memiliki kisah sama seperti Naruse, broken home. Pria ini yang membuat Naruse Jun jatuh hati, karena ia merasa menemukan pangerannya.

Tokoh Kedua, Nitou Natsuki, perempuan tak bercelah, sempurna, yang baik hati, dan menjadi teman perempuan pertama yang dimiliki oleh Jun

Tokoh Ketiga, Daiki Tasaki, seorang pria tsundere -karakter yang cuek-cuek tapi perhatian eaaa- yang tangannya sedang dalam masa pemulihan, namun masih harus mengurus club football di sekolahnya sebagai seorang senior.

Dinamika persahabatan, ketertarikan, keluarga, dan pendidikan sangat digambarkan dalam film ini. Menurut saya, film ini tidak bukan film teenager romance, namun lebih pada masalah psikologis, khususnya masalah Posttraumatic Stress Disorder pada anak-anak. 
***
Apa itu Posttraumatic Stress Disorder?
Salah satu gangguan psikologis yang dimasukkan sebagai diagnosis dalam DSM-III, mencakup respons ekstrem terhadap suatu stressor berat, termasuk meningkatnya kecemasan, penghindaran stimuli yang diasosiasikan dengan trauma, dan tumpulnya respons emosionali. Gangguan klinis pada anak-anak yang mengalami PTSD menurut DSM, bisa berupa gangguan tidur dengan mimpi buruk, bisa juga perubahan perilaku seperti anak yang semula periang menjadi pendiam dan menarik diri, beberapa juga kehilangan keterampilan perkembangan yang sudah dikuasai, seperti berbicara atau menggunakan toilet (Davidson, 2004).

Personalities, apa itu?
Dalam film ini saya hanya akan berfokus pada karakter Naruse Jun, yang mana merupakan karakter yang mengalami psikopatologis. Menurut teori Melanie Klein (1946) kepribadian terbentuk pada empat sampai enam bulan pertama. Bayi membawa predisposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang dihasilkan oleh dorongan insting hidup dan mati.

Posisi
Bayi secara konstan terlibat dalam konflik mendasar antara insting hidup dan mati, antara baik dan buruk, cinta dan benci, serta mencipta dan merusak. Dalam posisi ini dibagi kembali menjadi paranoid-schizoid dan posisi depresif. Singkatnya, dalam teori Melanie Klein ini, anak-anak biasanya mengembangkan white and black thingking atau splitting, dimana hanya bisa menilai sesuatu sangat baik dan sangat buruk. Naruse Jun, merasa kedua orang tuanya adalah figur yang sangat baik, penyayang, dan tidak akan pernah salah. Dan orang tua-nya berpisah karena perkataannya yang menyakiti orang-orang. Sejak saat itulah, Naruse merasa semua yang akan dikatakannya akan menyakiti orang lain, ia tidak bisa berbicara dan mengalami gangguan psikosomatis (seperti perutnya nyeri dan kram ketika berusaha berbicara).

Disini juga, Naruse Jun menempatkan diri dalam posisi Paranoid-Schizoid, sebuah posisi perasaan ambivalen, seperti yang ditegaskan Ogden (1990) yang menyatakan, mereka mungkin menjadikan diri mereka sebagai objek yang pasif kerimbang sebagai subjek aktif. tanpa disadari ini menyebabkan perasaan paranoid yang tidak disadari terhadap orang lain, yang kemudian melihat orang tersebut yang sempurna sementara memandang dirinya kosong dan tidak bermakna.
***
Di hari ia mengatakan tidak di depan kelas kala itu, perutnya sangat sakit, ia hanya bisa berlari, menjauhi ruang kelas. Beberapa waktu selang kejadian, ia menemui guru di ruang klub musik dan melihat Takumi Sakagami sedang bernyanyi lagu mengenai telur -yang ia ciptakan sendiri- dan merasa hatinya sedang ditelisik oleh Sakagami, perlahan, telur yang dulu rapat dan mengunci bibirnya itu, retak.

Naruse Jun menjadi lebih membuka diri sebab merasa memiliki seseorang yang bisa mengertinya.  Takumi menjadi sosok yang sempurna dimatanya. Ia baik, perhatian, mengerti dirinya. Ia mulai menceritakan mengapa ia mengalami gangguan bicara tersebut lewat sebuah pesan teks. Lalu Takumi, yang juga pernah mendengarnya -secara tidak sengaja- menyanyikan lagu telur yang ia buat.

Takumi kemudian menyela,
"hey, kenapa kita harus bicara lewat teks, padahal bersebelahan?"
"perutku sakit setiap kali aku berbicara."
"bagaimana kalau kamu menyanyi, sewaktu itu kamu bisa bernyanyi kan?"

Naruse Jun, pulang dengan langkah tergesa, mendadak perutnya kembali sakit, namun kali ini karena nerves sih. ahahahahaha. Dasar yha orang jatu cynta.

Long short story.
Mereka membuat sebuah drama musikal bedasarkan naskah yang ditulis oleh Naruse Jun. Ia akan menyampaikan apa yang ingin ia katakan kepada Ibu -utamanya- lewat sebuah nyanyian. Dengan melodi yang dibuat oleh Takumi Sakagami.

Perasaan Naruse terpecah belah, saat mengetahui ternyata selama ini Takumi tidak memiliki perasaan lebih, ia hanya teman. Takumi baik, karena mengerti Naruse juga orang yang baik dan layak mendapatkan teman. Ia kemudian menolak menyanyi di acara penggalangan dana. Suasana menjadi chaos, Takumi pergi mencarinya. Sepeda itu sepi, hanya angin yang mengikuti alur kayuhan Takumi. Ia berhenti di sebuah bangunan kosong. Istana masa kecil Naruse. Dan tentu, ia menemukannya disana. Takumi mendekatinya, Naruse mengusirnya sembari menangis, tetapi Takumi terus mencoba mengatakan, bahwa semua orang menantinya.

"Sekarang Bahkan ketika aku bernyanyi perutku akan sakit, Ini semua karena kamu! Ketika aku berkata-kata, ini akan menyakitimu, kamu akan membenciku" katanya.

Takumi terus meminta Naruse berbicara, "Katakan apapun yang ingin kamu sampaikan, aku tidak akan tersakiti olehnya, Naruse".

Iya mengatakan semuanya, semua yang ia rasakan pada Takumi.

"Kamu Jahat sekali! Takumi. Sangat jahat, brengsek, palsu, untuk apa terlihat baik dan perhatian kepadaku. Nitou juga begitu, mengapa dia sok-sok an menjadi temanku. Mengapa membuatku berada di posisi ini. kalian semua jahat!", 

Takumi hanya tersenyum, "apakah ada lagi, ungkapkan semuanya, aku tidak akan tersakiti oleh kata-katamu,"
"kamu tidak tersakiti oleh kata-kataku?"


"tentu tidak, ayo, kamu hanya mengatakan apa yang kamu rasakan, aku mengerti perasaanmu, tidak apa-apa, Naruse. Kamu hanya menjadi dirimu, dan tidak ada yang salah dari itu,"

Naruse diam sejenak, dan masih duduk termenung, sedikit menyadarkan dirinya lalu berucap, "Sakagami Takumi, Sakagami Takumi, Sakagami Takumi. Aku menyukaimu,". 

Takumi tersenyum, dan berkata "Terima kasih ya, tapi aku menyukai perempuan lain,"
"Iya aku tau,"

Naruse menyelesaikan bagiannya dengan baik. Baik selama di Istana kecilnya itu bersama Sakagami Takumi maupun ketika kembali ke panggung dan menyanyikan bagiannya.

Akhirnya, Naruse menyadari, selama ini telur dan pangeran yang mengutuknya supaya tidak bisa berbicara tidak ada. Selama ini hanyalah dia yang membuat semua itu, dan khayalan-khayalan lainnya. Ia mengalami splitting thinking dan menciptakan karakter itu sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri 'Identifikasi Proyektif' dimana proses mengurangi kecemasan dengan memisahkan bagian diri mereka yang tidak diterimanya. Hasil pemisahan ini kemudia diproyeksikan menjadi objek lain, dan objek lain itu berupa telur yang menjadi seorang pangeran dan mengunci bibirnya (Klein, 1946).

Hal-hal yang bisa dipelajari dari film ini utamanya adalah Self Acceptance. Bahwa tidak semua yang dikatakan orang lain itu memang benar, bahwa tidak selamanya, mereka yang kita anggap baik, akan selalu baik dan apa-apa yang kita anggap buruk, akan menjadi hal yang buruk untuk kita. Kehidupan ini penuh berbagai warna, tidak hanya hitam dan putih.
Manusia tetaplah manusia, yang juga bisa salah. Ibu Naruse, yang diproyeksikan oleh Naruse sebagai ibu yang sempurna dan baik, juga tidak selalu dapat menjadi Ibu yang baik. Bahwa Naruse harus menyadari, apa-apa yang membuat Ayah dan Ibunya dahulu berpisah adalah kata-katanya itu salah. Itu bukan kesalahan Naruse Jun. Nilai moral lain dalam cerita animasi ini juga menekankan pada pentingnya komunikasi yang tepat dan efektif dalam kehidupan kita.

Satu perkataan judging dari orang yang kita sayang dapat begitu menyakitkan. Dan tentunya dapat membuat pengalaman traumatis tersendiri. Let's spread good word and love more.

"Don't tell people to disappear like it's nothing! Words can hurt people! You can't ever take them back! Even if you regret it, you can never take them back!" (Naruse Jun, 2015)

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #resensi

Kisah Pemuda dan Penyu Merah


Beberapa waktu lalu, aku menuntaskan film-film yang selama ini menumpuk di dalam otak. Memang sebagai orang yang mencintai dunia fiksi, suka menghayal, dan mengagumi betapa indahnya ciptaan sang Maha Kasih, menonton film merupakan pelarian terbaik dari segala macam keresahan. Nama folder film dalam laptop lenovo biru berusia 6 tahunku saja, ku beri headline, "Belajar dari Cerita Fiksi".

Ayahku yang selalu mengatakan untuk berhenti berkhayal terus-menerus -karena menurut beliau, nonton filmku keterlaluan seringnya sehingga melupakan tugas-tugas duniawi lain- memang bisa dibilang akut, hehe. Selama liburan aku bisa berjam-jam duduk di depan laptop hanya untuk menonton drama korea, atau film-film berbagai genre atau video youtube dan dokumenter lainnya. Secinta itu memang dengan aktivitas (yang katanya) mengkhayal. Tapi, semenjak aku menjadi mahasiswa -yang membuat intensitas berkhayalku sedikit berkurang, karena harus menjalani kehidupan nyata- itu, semakin menyadari juga, bahwa menonton film bukan 'hanya' perkara menghibur diri. Di dalamnya aku menemui banyak dimensi. Aku berkenalan dengan mimpi-mimpi, harapan, motivasi, sudut pandang lain dan nilai kehidupan bagi tokoh. Bagiku, aktivitas ini sama dengan kamu yang (mungkin juga) mencintai aktivitas membaca buku, kita terinspirasi, tau, dan lebih kaya dari mereka. Bedanya, aku ini makhluk auditori, yang lebih menyukai sesuatu yang ada suaranya, hehe. Dan sampai detik kesepersekian ini pun, ketika belajar, membaca buku, membersihkan barang-barang ataupun melakukan aktivitas menulis, seperti sekarang (wajib hukumnya) diiringi alunan musik.

Dalam tulisan kali ini, aku akan bercerita mengenai sebuah film yang sedikit berbeda dari yang banyak aku tonton. Animasi garapan Ghibli Studio dengan naskah hasil kolaborasi dengan sineas film pendek asal Belanda, Michael Dudok de Wit, ini berhasil mengubah sudut pandangku mengenai cara komunikasi. Nyata-nya komunikasi non verbal tidak kalah kaya.

"The Red Turtle", sebuah film yang menekankan visual storytelling tanpa komunikasi verbal, suasana dilukiskan lewat cantiknya alunan alam, semacam dentuman deburan ombak, suara kicau burung, dan sesekali teriak keputusasaan manusia yang memekak lantang "aaaakk,", animasi film garapan Ghibli, seperti biasa, selalu mengagumkan, bak melihat lukisan media cat air yang bergerak-gerak dan didampingi dengan lanskap alam detil, tentu menjadi daya tarik visual yang eyegasm.

Kisah dimulai ketika seorang Pemuda yang terdampar disuatu pulau tak berpenghuni (manusia), bersusah payah menyelamatkan diri dengan keluar dari pulau berpopulasi kepiting, burung, penyu, dan hamparan pohon bambu, tersebut. Dalam percobaan pertama yang penuh gairah, ia merencanakan pamit dengan membuat sebuah kayak dari rakitan pohon bambu, namun berakhir gagal, hal itu terulang, bahkan sampai percobaan ketiga, dengan arsitektur kayak yang lebih kuat dan profesional, berhiaskan layar besar dari dedaunan. Short story, ia menyadari, karena eksistensi seekor penyu berwarna merah, ia (selalu) gagal hengkang dari pulau kecil itu. Berenang dengan susah payah ke tepian pantai, dan bertatap muka lagi dengan penyu tersebut, tentu membuatnya, spontan, membalik tempurungnya. Karena Ghibli selalu memberi jahitan fantasi, penyu itupun kini menjadi seorang wanita yang menemani si Pemuda sepanjang film berlangsung. Pemuda yang awalnya ingin segera pergi dari pulau, mendadak memiliki rumah dan menjalani kehidupan seperti selayaknya manusia berbahagia. memiliki seorang anak dan hidup dengan nyaman. Sampai pada saban hari terjadi beberapa peristiwa pada mayoritas takdir insan, ada bencana alam, ada perpisahan, dan ada kematian. Dinamika kehidupan.

Film ini mengajarkan bagaimana cara kita melakukan apa yang kita inginkan, memulai dari apa yang ada, dan untuk mencintai apa yang telah dimiliki, di waktu yang tepat. Dalam kesunyian, ia mampu merepresentasikan pesan besar. Dari perasaan keterpurukan akan ada harapan, dari ketiadaan ada keberadaan, dan dari kehampaan terbesit kehangatan. Hidup tidak akan pernah sepenuhnya hitam atau putih, akan ada abu-abu, jingga, merah, ungu, kuning, hijau, biru, nila, dan warna-warna lainnya. Maka, nikmati selagi masih ada, sayangi sewaktu dibutuhkan, dan hadapi dikala menyerang. Mari tetap bisa menatap kehidupan dari berbagai perspektif. Jangan terlalu cepat menyimpulkan, mungkin semua itu belum berakhir

Tetap penuh harap, penuh asa, dan keyakinan. Kelak, semua keresahanmu akan dijawab, di waktu yang tepat. -cc

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #selftalk

let's just enjoy this.

Sudah seminggu aku menjadi orang tanpa status yang jelas. Jujur, aku kesal menanti hasil check plagiarism proposal yang tidak kunjung keluar, aku kesal sudah tidak aktif dalam beberapa kegiatan kampus yang dulu selalu menemani, aku kesal tidak bisa bertemu orang-orang dan berbicara hal-hal tidak jelas. aku kesal merasa sendiri, bahkan orang yang ada didekat pun semua, sedang sibuk dengan perjalanan hidup mereka masing-masing.

kegiatanku selalu saja seputar bangun, mengurus si Milo dan Ciko, terkadang membantu ayah menjaga Arkan, dan -pastinya- membersihkan rumah. ehe. Beberapa kali menengok ke media sosial, aku semakin merasa tertekan melihat manusia-manusia yang sedang berlari mengejar apapun yang mereka cari. 

sering, aku ingat, kapan ya terakhir kali aku merasa se-santai-ini, sepertinya memang sudah sangat lama. Tapi, ke'ngangguran' ini ternyata berbuah manis juga. aku bisa mendekor ulang kamarku, aku bisa menjadi anak yang selalu hadir saat dipanggil ibu, ayahku, aku juga menjadi sering berkunjung ke youtube, buat sekedar melihat apa yang menarik disana. mulai dari video receh klarifikasi putus dari sepasang kekasih 'yang katanya couple goals' sampai video-video DIY buat hal-hal yang selama ini aku kira cuma bisa dibeli. ehe. 

ya, let's just relax and enjoy this, Si. 
perasaan kamu dulu sangat ingin menjalani hidup setenang sekarang, sempat kan dulu? saat lagi kacau-kacaunya. mungkin Allah memberikanmu waktu untuk istirahat sejenak demi menyusun kepingan dirimu untuk masa depan. 

kalau di kegiatan, selalu ada jeda ishoma kan? eheh. Ya mungkin ini ishoma mu:)
Dan kembali melihat apa-apa saja yang aku sukai. 
Mungkin bisa kembali diasah:)
Ya, thats for today. 
Just Relax, everythings gonna be okay. 
okay? :)


Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In FailurePorto

Listening to the soul of South Korea and Write it Down.

Hai, teman-teman, beberapa waktu lalu, saya belajar menulis esai untuk mengikuti seleksi pertukaran mahasiswa muslim ke Korea Selatan. IFSEE 2019, dan alhamdulilah lolos di babak esai tapi belum lolos di tahap akhir, cuma sekedar berbagi, barangkali teman-teman memiliki mimpi yang sama dengan saya. semangat terus belajar dan mencobanya. suatu saat nanti mimpi pasti akan terjawab~
jangan berhenti dan terus lakukan yang terbaik ya.
***
The very first thing I get to know South Korea was because its drama, back then I was 8 years old, and after time goes by, I’m more addicted to Hallyu Wave, they were my teenager’s happiness. My interest in South Korea got deeper and finally branched out into other entertainment such as reality shows, talk shows and films. Because of that, I learned a lot about the culture and character of the people of South Korea.

Besides that, my another hobby is writing, and I feel so much enthusiasm to write down my idea on the paper. But, other hand, I do love public speaking, and yes, lately, I feel more comfortable when it comes to being a listener or observers.

Pram, one of my favorite writers, once said that write was a longlife job. Because of that, I want to introduce my religion, islam, with two different ways. Write and listen.

There are two project I want to do to make islam more acceptable and sosialice in South Korea. The first project is I want to write a book who tells about the origin of Islam in South Korea, how the true Muslim figure is, The story of Korean Muslim influencers on how to become Muslims in their own country.


The second project call “Im Here. an catarsis (in psychology theory or how to tell about your feelings) aplication that grab an moslem’s community called Korean Muslim Federan to colaborate with. I want to make this aplication with the intention of to listen the korean people who suffer with mental illness such as depressed or etc, and tell them, that they’r not alone. It’s no need to be desperate by themselves. And because of the negative stigma, these people often afraid or just embarassed to get the right treatment for their mental health. So with this application, I hope can be their space to tell someone about their condition without feel intimidate or feeling alone by chatting with the admin of application.


The phenomenon of death from suicide because of depressed in South Korea til now have the 4th places what causes people death, and always increase every year. And because of that reason, I want to make this applications that can help them to release their stress by tell to somoene else. Besides having a chat feature, this application also has an upadate status feature which can be read by other account users, the advantage of this application is that everyone can use a pseudonym, and only the server and user have account data, even the admin will answer while in session Chat will also not get user data if it is not permitted, so we can be sure this application is guaranteed confidentiality. Besides having a chat feature, this application also has an upadate status feature which can be read by other account users, the advantage of this application is that everyone can use a pseudonym, and only the server and user have account data, even the admin will answer while in session Chat will also not get user data if it is not permitted, so we can be sure this application is guaranteed confidentiality With these two projects, I hope the image of islam in South Korea’s people will getting better,

that we are the religious that spread love and care each other and of course can bring the good impact to reduce the death rate from suicide, which is always increase every year in this country. 

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In #poem

2.1.2019

inside out.
is being unhappy one of part to being happy.
then, i feel really sad.
like, yes!
can I just feel hurt, feel sad, fel bad, and feel sick of this life?
can I just be one of those people
who cried out loud
who mad
who upset
who feel those kind of feeling
and I m really sad, right now.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.