In #life #selftalk #workshop

Qoutes



Hari ini aku mengikuti workshop salah satu komunitas di surabaya, namanya ‘Sing Your Mind’. Workshop kali ini tema-nya public speaking yah. Memang workshop yang aku ikuti akhir-akhir ini lebih banyak di bidang kepenulisan, tetapi kali ini mau coba yang lain gitu. Toh ya ini juga (menurutku) sangat bermanfaat banget buat improve soft skill ku sebagai calon Psikolog (EAAA , AAMIIN) or at least kemampuan interpersonalku untuk bertahan hidup lah (agak lebay sih ya).
Acaranya lumayan asik, dimulai dengan materi  public speaking itu sendiri, dan betapa baiknya memulai skill itu dengan menjadi seorang penyiar radio. Memang secara psikologis sih aku bisa dibilang setuju sekali. Karena kan, ibaratnya offscreen gitu. Ketika kita sudah bisa nyaman dengan penampilan kita secara offscreen diharapkan nanti ketika di panggung bisa cepet gitu penyesuaiannya. Sebenarnya ilmu public speaking ini penting sekali buat kita yang ingin mengembangkan komunikasi dengan oranglain. Tujuannya sendiri ada tiga, untuk menginformasikan sesuatu, untuk meyakinkan dan untuk menghibur (penting banget kan buat orang yang harus bekerja dengan banyak orang).
 Beberapa isi materi sudah sering dibahas di dalam kelas formal maupun diskusi ringan dengan sang ayahanda maupun kakak cahya tercinta. Mungkin ada beberapa hal dalam materi yang aku rasa menjadi semakin kuat theoriticalnya karena saking seringnya diulang-ulang oleh beberapa orang dan yang ternyata memang diulang lagi di workshop kali ini seperti artikulasi jelas, colekan-isi-goal sebagai isi suatu pembicaraan, cara mengatasi canggung ketika berbicara didepan. Mungkin kamu juga sudah sering membacanya atau mendengar hal-hal umum semacam itu. Jadi aku tidak mau terlalu fokus di’situ’nya.
Tapi ada sesuatu yang menarik di workshop ini, yaitu Personal Branding. Sebelumnya aku mau cerita sedikit soal materi ini. Jadi, aku sudah pernah mendengar mengenai materi ini di workshop nulis.co citizen journalism. Maksud dari personal branding ini sendiri adalah bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain. Bagaimana kita ingin dicap oleh orang lain. Semisal ini ya aku ingin memiliki personal branding menjadi seseorang yang ceria, ramah, suka hewan, suka menulis jadi ya aku bakalan sering senyum dong ya, sering menyapa orang yang aku kenal kan ya, blog ku sering ku update ya.
 Nah. Di workshop yang diadakan oleh nulis.co ini juga memanggil langsung produser SBO WEBTV, namanya Mbak Via. Disini dia memberi materi mengenai bagaimana cara memanfaatkan media sosial se-optimal mungkin untuk keperluan personal branding itu tadi. Jadi dalam dunia kerja di era milenial ini memang sosial media sangat membantu para perekrut karyawan dalam memilih calon pekerja mereka. Jaman sekarang apa-apa yang kamu share di dalam akun sosmed kamu itu menjadi pertimbangan tersendiri. Dan iya, finally karena pernyataan dua pemateri di dua workshop yang berbeda ini yang memperkuat opiniku tentang beberapa hal, we do judge people by their social media. And I’m not even wrong. Dan memang sih sering tau juga kan ada Qoutes gitu kalau “jangan menilai orang dari Sosial Media mereka”, dan iya, sebenarnya aku juga kurang sepaham.
            Kalau tadi kan di workshop nulis.co ya, oke sekarang kembali lagi ke workshop yang baru tadi sore aku ikutin, sing your mind. Materi Personal branding ini diisi Mas Fabian selaku alumni. Ia bicara mengenai bagaiman personal branding dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. Dia ia juga memberi contoh bahwa personal branding ini bisa dimulai dan dimaksimalkan dengan menggunakan sosmed. Sosmed sekarang seolah jendela dunia. Iyap, kita bisa tau sedikit banyak mengenai seseorang hanya dengan stalk akun IG, Twitter, Facebook, YT, ASKFM, dan sosmed-sosmed lainnya.
Dicontohin juga sama si Mas Fabi ini mengenai beberapa public figure  yang sudah punya personal branding mereka masing-masing. Semisal Syahrini dengan maju mundur cantiknya, Raisa dengan prestasi-prestasi menyanyi dan masih banyak lagi
Jadi sekarang pertanyaanya adalah bagaimana cara kita membangun itu, personal branding kita sendiri.
Dalam materi yang aku dapat di Sing your Mind,  semua bisa dimulai dari HOW YOU LOOK depens on bagaimana style-mu, HOW YOU SPEAK yap, bagaimana kamu memberi respon verbal terhadap stimulus yang diberikan, Anda HOW YOU ACT ini lebih bagaimana ke sikapmu, perilakumu, behave mu.
 Kelebihan ketika kita sudah punya personal branding adalah dengan banyaknya kenalan di bidang yang kita tekuni, dikenal juga sama ahlinya, dan lingkungan sosial yang positiv begitu akan sangat mendukung kemampuan kita karena motivasi menjadi lebih stabil dengan dikelilingi orang-orang yang berada di passion yang sama produktifnya. Jiwa kompetitif dan semangatnya otomatis semakin meningkat kan ya.
            Jadi ini juga yang dimaksud sama salah satu dosenku Bu Khotim yang mengajar Psikologi Pendidikan dimana selain motivasi itu datang dari internal, faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi kualitas seseorang. Bahkan juga ada penelitian yang mengatakan orang lebih susah maju apabila dilingkungan yang tidak mendukung, sedangkan orang yang awalnya biasa-biasa saja ketika ditaruh dalam lingkungan yang lebih dari kemampuannya, ia cenderung lebih dapat mengikuti dan menjadi lebih baik ketimbang anak berpotensi yang berada di lingkungan yang tidak mendukung proses belajarnya.
            IKIGAI = A REASON TO WAKE UP EACH MORNING
            Ini materi yang paling aku suka dari workshop kemarin entah kenapa. Hehe. Maybe, karen materinya agak mirip kayak waktu kuliah di kelas ya. Mungkin aku sudah rindu kuliah tapi enggak sama sekali kok sama tugasnya. Hehe. Jadi dalam IKIGAI ini ada empat unsur. Pertama unsur Passion, Mission, Vocation, Profession. Passion dan Mission ini adalah sesuatu yang kamu sukai, What You Love. Passion colab Profession itu bisa jadi sesuatu yang kamu ahli didalamnya. Profession and Vocation itu menjadi sesuatu yang bisa dibayarkan ke kamu. Dan Mission colab Vocation itu yang dibutuhkan dalam hidup ini. Jadi menurut aku apa apa yang mau kita lakukan dalam diri dimulai dari Passion.
PASSION
Mungkin bagi yang masih bingung menemukan passion mereka, ciri passion bisa ditandai dengan kita melakukan sesuatu tanpa dibayar dan kita melakukan hal tersebut dengan maksimal. Di usia remaja begini memang lagi proses mencari ya. Mencari siapa diri ini, passion ku apa dan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri. Kita memang harus meluangkan waktu untuk self-talk. Ketika kita sudah menemukan dimana letak passion kita. Kita baru bisa men create diri kita dong. Dan iya, aku kurang setuju sama quotes ‘life isn’t about finding yourself but creating yourself’. Aku rasa dimana-mana kita memang harus finding ourself dulu dengan self-talk itu tadi. Jadi kita harus memahami aku suka apa ya, aku paling bersemangat pas lagi ngerjain jadi apa ya. Kita harus tau itu dulu kan. Ketika sudah tau, baru deh kita bisa mencreate sesuai dengan yang kita anggap cocok sama diri kita. Kalau kesusahan untuk menemukan kesukaan diri sendiri dan sebenarnya passion kita apa. Hal ini juga bisa ditanyakan ke orang-orang terdekat yang benar-benar mengenal diri kamu.
Nah setelah kita semua selesai dengan perenungan mengenai diri sendiri, this is the perfect time untuk mengembangkan hal tersebut. karena kita generasi milenial kita dimana kita merupakan generasi yang bisa menjadi apa saja dengan mudahnya karena fasilitas yang ada. Sekarang pingin jadi artis ya tinggal buka channel youtube sendiri, Instagram sering diposting OOTD, buat tulisan di blog atau hal-hal lainnya yang memang memanfaatkan koneksi internet yang sudah meluas ini. 
Dan iya sesuai opini ku yang aku tulis sebelumnya kita memang perlu membrand diri sendiri lewat sosial media. Jadilah generasi cerdas. Jangan ga jelas. Mau jadi apa coba indonesia kalau generasi mudanya begini begini aja. Kapan mau majunya kalau bukan kita yang merubah mindset kita. Mungkin kita masih belum bisa bermanfaat banyak buat lingkungan sekitar apalagi agama dan negara, tapi setidak-tidaknya kita bisa berguna bagi diri sendiri kan, ada sesuatu yang bisa dibanggakan dari oleh dan untuk diri kita sendiri.  Terakhir yang paling penting dalam creating ourself adalah terus belajar dan konsisten dengan apapun yang sudah menjadi pilihan kamu.
Dan aku sedang dalam proses itu, semoga kita semua juga sudah mulai memikirkan hal-hal yang memang sudah seharusnya dipikirkan di usia dewasa awal ini. Buat semua orang yang sedang FIND and CREATE  jangan pernah berhenti keep doing what you think right. Karena kita hidup harus bermakna dan bermanfaat kan ya paling tidak buat diri kita masing-masing. [cc]

waktu di acaranya Kominfo sama temen-temen PPMI DK SBY



Ini acara musyawarah tahunan alamtara periode ke-3 awal tahun 2017

waktu acara musyawarah kerja nasionalnya PPMI Nasional Di Bali

ini di ruang sidangnya UIN Sby acara Musyawarah kerja kota PPMI DK SBY

workshopnya HIPWEE Community



ini sewaktu nanya di SING YOUR MIND

duh ini seneng banget, waktu sama adek adek panti di acaranya SEBUNG SBY


waktu jadi Public Relationya acara Campus Starter lho hehehe di SMA Tercintaa, SMA Muhammadiyah 2 SDA


sama adek adek panti lagi :)
iyap, ini lagi nanya di acara nya kominfo

ciwi-ciwi nya LPM AlamTara lho:)



Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments

In #acarapers #tementemen #traveling

Perjalanan Singkat yang Memikat


 Stasiun Wonokromo, 20 April 2017
Dalam penantian selama 30 menit di statiun wonokromo terik itu (20/4) Dua orang perwakilan dari LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Alam Tara, 4 orang perwakilan dari LPM Ar-Risalah dan 6 orang perwakilan dari LPM Solidaritas dari kampus UIN Sunan Ampel Surabaya bersiap mengikuti MUKERNAS (Musyawarah Keja Nasional) PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesai) di IHDN (Institut Hindu Dharma Negri) Denpasar, Bali.
Perjalanan yang ditempuh dengan kereta berlabel “Sri Tanjung” akan berlangsung selama 6 jam. Dan untuk Menuju lokasi Mukernas, kami masih harus menempuh perjalanan dengan transportasi laut selama 45 menit dan juga darat (lagi) selama kurang lebih 5 jam.
Pelabuhan Gilimanuk, 21 April 2017
 Begitu turun dari kapal, waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB, tetapi karena perbedaan waktu antara pulau jawa dengan pulau dewata yang menyebabkan waktu kami serasa di potong satu jam, dan waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 WITA dini hari. Bersama seluruh rombongan dari surabaya, kami bergegas mencari kendaraan selanjutnya untuk sampai di lokasi penginapan PHDI (Parisda Hindu Dharma Indonesia). Setelah melakukan berbagai macam nego pada seorang rental mobil, keputusan yang diambil adalah dengan naik bus. Lagi-lagi karena masalah budget yang pas-pasan.
Perjalanan dalam bus kami tempuh kurang-lebih sekitar 4 jam. Sesampainya di terminal Ubung, kami langsung merebahkan diri sejenak di musholla yang disediakan ala-kadarnya. Sholat shubuh pun kami jalankan saat matahari sudah jelas cahayanya. Perjalanan belum selesai sampai disana. Setelah istirahat kira-kira, se-jam-an. Kami melanjutkan perjalanan yang tinggal beberapa menit lagi menuju penginapan dengan naik bemo yang sudah di rekomendasikan panitia Mukernas PPMI DK Bali.
Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WITA ketika kami tiba di lokasi penginapan. Dan acara pembukaan ketika itu sudah dimulai, karena baru sampai pastinya butuh waktu lebih untuk bersiap-siap dan saat itu juga bertemu dengan dua orang perwakilan dari LPM Forma yang baru sampai di lokasi penginapan juga.
Ketika kami memasuki Aula IHDN acara MUKERNAS sudah sampai di tengah-tengah diskusi dengan para pegawai KOMINFO (Kementrian Komunikasi dan Informatika) dalam agenda Talkshow “Frekuensi Publik masihkah untuk publik?”, yang sebelumnya juga sudah ada pembukaan acara MUKERNAS PPMI Nasional ke-XI oleh I Ketut Wisarja, selaku wakil rektor tiga IHDN.
Acara talkshow tersebut menghadirkan Henry Soebarto selaku staff ahli KOMINFO di bidang hukum, Imam Wahyudi selaku perwakilan dewan pers nasional dan Rosarita Niken Widiyastuti selaku Dirjen (Direktorat Jendral) KOMINFO nasional.
Sempat ada sedikit perdebatan antara Iss, salah satu mahasiswa asal Manado yang juga merupakan Sekjend PPMI DK Manado. Ia merasa belum selesai menyampaikan pendapatnya kepada Henry Soebarto, yang waktu itu tidak bisa berbicara banyak karena keterbatasan waktu.
Sewaktu itu Ismail meminta kejelasan mengenai isu yang ia angkat yaitu, isu di bulan November lalu. ketika Suara Papua(dot)com webseitenya ditutup tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu pada pihak pengelola website. Dengan alasan karena menyebarkan isu-isu makar.
“Seperti kata Soe Hok Gie, ‘kebebasan Pers itu ibarat mereka dibebaskan, tetapi kalau salah tetap saja di kekang,’ Di bredel ketika kita memberitakan isu-isu yang buruk dan hanya boleh memberitakan yang baik-baik saja. Makanya saya harap waktu itu, mereka seharusnya bisa memberikan penjelasan dan dewan pers waktu itu juga bisa menjelaskan, mereka itu sebenarnya dewan pers yang bagaimana, organisasi independen yang bagaimana. Karena independen juga ada independen tidak berpihak pada yang betul ataupun salah,” sambung mahasiswa jurusan pendidikan matematika tersebut.
Kita sekarang juga sudah memasuki masa orde media. Dimana ketika masa orde baru, media butuh penguasa agar tidak di bredel, tetapi sekarang penguasa yang membutuhkan media agar tidak bredel. Apabila kita tiap-tiap masing dewan kota mengoptimalkan kerja dengan membuka lapak baca keliling dan lebih dekat dengan masyarakat sekitar yang mereka notabene-nya tidak digaji dan tidak berpihak pada siapapun.
“Bahkan sekarang ini para penguasa takut salah kepada media, karena mereka digiring kesana kemari sama media. Maka dari itu saya berharap dengan adanya Pers Mahasiswa ini mampu mengangkat berita dari angle-angle lain, yang diangkat dari saya yang mengedukasi lah, bukan malah menyajikan lebih kepada kejahatannya-lah, itulah yang menjadi pr besar untuk Pers Mahasiswa itu sendiri, pr besar untuk pers mahasiswa untuk melahirkan media alternatif yang disukai masyarakat pada umumnya,” tambah mahasiswa yang sudah empat bulan tidak ada listrik di kampusnya.
Rangkaian acara pertama akhirnya terlewati dengan lancar, lalu berlanjut dengan istirahat dan sholat sampai dengan pukul 15.00 WITA. Kami kembali ke Aula IHDN Pukul 15.30 untuk melanjutkan serangkaian acara yang masih panjang. Dimulai dengan pembahasan agenda acara Mukernas yang dipimpin oleh Muhamad Ismail Ibrahim selaku sekretaris nasional PPMI.
Ada beberapa unjuk pendapat dalam sesi ini, ketika presidium sidang akan meresmikan serangkaian acara dengan mengetok palu. Tiba-tiba salah satu anggota sidang asal Makasar mengangkat tangan dan menanyakan perihal waktu sholat ashar. Dikarenakan jam sholat hanya di pukul 18.00-20.00 WITA. Berbagai daerah saling bersautan menyampaikan pendapat mereka, malang, surabaya, manado, dan masih banyak kota yang saling berpendapat. sampai pada keputusan akhir oleh presidium sidang yang mencari jalan tengah dari semua pendapat yang dipaparkan setelah perdebatan panjang selama satu jam lebih. Keputusan hasil musyawarah pun jatuh pada dimulainya 19.00 WITA.
            Saat kami akan kembali ke aula IHDN, ada doa bersama di depan penginapan PHDI yang menjadi sesuatu yang menarik bagi kami, yang jarang melihat budaya Bali. Upacara tersebut adalah upacara dalam rangka memperingati hari kartini dari hasil tanya-tanya dengan warga sekitar.
            Acara berlanjut dengan agenda pembacaan tata tertib, lalu pemilihan presidium sidang. Dimulai dengan pemilihan perwakilan dari tiap-tiap DK (Dewan Kota) PPMI. Dan yang menjadi perwakilan dari DK Surabaya adalah Aliyul Himam, salah satu delegasi dari LPM Solidaritas. Yang akhirnya menjadi salah satu presidium sidang dalam Mukernas PPMI Ke-XI, ditemani dengan dua orang rekannya yaitu, Ajeng perwakilan DK Malang dan Gracia perwakilan DK Manado
            Himam sebagai perwakilan dari DK Surabaya mengaku sempat kebingungan ketika awal-awal mengambil alih presidium sidang dengan cara pembacaan teks pengambilan alih yang berbeda dengan ketika ia biasanya ia mempimpin sidang di Surabaya.
“iya, awalnya aku semacam agak kaget, kan budaya dalam persidangan kan beda-beda tiap kota bahkan meskipun satu organisasi kan ya, kalau sepengetahuanku sebelum-sebelumnya, itu dibuka dengan salam terserah gitu lo. Terus aku kan mengganti kan ya, biasanya aku bilang kayak gini ‘oke, pimpinan saya ambil alih’ tapi kok disini harus sama gitu salamnya, akhirnya aku agak sedikit drop tapi aku menenangkan diri, dan jadi udah biasa,” tandas mahasiswa semester enam Ilmu Komunikasi tersebut.
            Dilanjut agenda pemaparan kondisi dan isu-isu lokal dari masing-masing dewan kota dan waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 WITA. Banyak perdebatan yang terjadi pula dalam agenda ini, setiap daerah memiliki ke-khas-an masing-masing dalam berbicara di dalam forum. Ada yang begitu berapi-api, ada yang ketika berbicara minta segera di dengarkan, ada yang mengungkapkan pendapat dengan sangat teoritical, dan ada yang sebagai penengah semua anggota. Hal tersebut tidak diherankan melihat acara musyawarah kali ini merupakan musyawarah se-Indonesia.
Waktu maksimal yang diberikan oleh pihak penjaga kampus sebenarnya hanya sampai pukul 22.30 WITA karena adat dan budaya yang masih kental. Namun berhubung pembahasan isu-isu lokal belum terselesaikan, pihak panitia terpaksa melanjutkan acara meskipun sudah diperingatkan oleh pihak kampus, akhirnya acara berlansung tanpa menggunakan michrophone. Seluruh rangkaian acara di hari itu (21/4) berakhir pukul 23.30 WITA.
 Institut Hindu Dharma Negeri, 22 April 2017
            Sebelum agenda pertama di hari sabtu dimulai, saya dan Firda Ayu Budiana selaku perwakilan dari LPM AlamTara menjalin relasi dengan teman-teman dari berbagai macam Pers di Indonesia. Kami berjejaring dan membagikan produk jurnal LPM AlamTara kepada LPM dari Manado, Jogjakarta, Malang, Solo dan Jakarta.
Agenda pertama hari sabtu dimulai dengan berkumpul di Aula IHDN untuk pengenalan para badan pengurus nasional yang baru saja dilantik. Dalam agenda ini Selaku Sekjend Nasional selaku Mahasiswa asal Makasar ditemani sekretarisnya juga yang  memperkenalkan jajaran mereka.
            Bahkan sekjend sendiri juga menyindir kepada seluru teman-teman PPMI DK yang hadir untuk tidak selalu menanyakan semua hal pada sekjend. Tiap-tiap pengurus memiliki jobdesk nya masing-masing, jadi semua harus dioptimalkan. Bertanyalah sesuai peran dan tanggung jawab masing-masing badan pengurus.
            Kemudian acara disambung dengan pemaparan proker dari PPMI Nasional sendiri. Dari pengenalan badan pengurus PPMI dewan nasional, yakni Irwan Sakkir selaku Sekjendna, Muh Ismail Ibrahim selaku sekretaris dan bendaharanya, Rahmawati Sahabuddin.
Joko Cahyono  selaku koordinator Badan Pekerja Media, Saiful S  selaku koordinator Badan Pekerja Jaringan Kerja, koordinator Advokasi ada Imam Abu Hanifah, dan Fajar di Lembaga Penelitian dan Pengembangan.
Setelah pemaparan ada agenda pemilihan tempat Dies Natalis PPMI dan Kongres selanjutnya yang akhirnya jatuh kepada kota Palu sebegai tempat DiesNatalis dan Solo sebagai tempat kongres
Agenda terakhir nya ialah pemilihan isu-isu nasional yang pada akhirnya forum MUKERNAS PPMI tidak memilih isu nasional apapun dikarenakan ingin berfokus dulu saja kepada isu-isu lokal, yang diakhiri dengan persetujuan dari seluruh peserta Mukernas saat itu.  
Salah satu sekjen dewan kota mengungkap “Bukan karena kami tidak sholid, tapi kami menuntut Supaya kami persma dari Yogyakarta nyaman sebagai persma, karena banyak teman – teman dari yogyakarta takut untuk menulis, karena tidak ada yang lindungi”. Ujar dewan kota Yogyakarta
Acara selesai pada pukul 20:00 WITA dan ditutup secara simbolik dengan pemukulan gong oleh I Ketut Wisarja selaku wakil rektor tiga IHDN, dan tak lupa serangakain acara MUKERNAS XI ditutup dengan ucapan permohonan maaf dari panitia yang diwakili oleh ketua panitia serta sambutan dari Wakil rektor III.
Setelah serangkaian acara selesai, ada sesi sharing selama beberapa menit dengan Sukardi Rinakit selaku staff ahli presiden bidang politik dan pers.
Saya yang juga selaku salah satu perwakilan dari LPM AlamTara PPMI DK Surabaya mengacukan tangan untuk menjawab pertanyaan dari beliau. Pertanyaannya ialah mengenai “sebenarnya siapa yang membuat pandangan masyarakat menjadi buruk kepada pemerintahan di Indonesia?,” penjawab pertama menjawab dengan mengaitkan isu-isu yang sedang terjadi di Indonesia, dimana pak presiden lebih mengunggulkan pembangunan bidang pabrik dibandingkan melestarikan kekayaan sumber daya alam yang ada.
Dan ketika itu saya menjawab dengan jawaban ‘media,’. Media merupakan tonggak presepsi masyarakat karena mereka melihat segala sesuatu dari yang ditampilkan di televisi atau radio rumah-rumah mereka. Yang dimaksud saya disini adalah media yang profit dimana memang dengan sengaja men-settting­ dan saling menjatuhkan antar lawan politik satu sama lain, bukan media seperti Pers Mahasiswa yang notabene-nya segala sesuatu tidak ada yang mengekang karena kami, Pers Mahasiswa menulis tanpa gaji, menulis sesuai aspirasi dan wujud rasa prihatin pada negri ini. Sebagai hadiah dari jawaban yang diberikan pada bapak staff ahli bidang politik dan pers, iapun akhirnya mendapat hadiah payung aksi milik pak jokowi. Tapi bukan masalah payung sebagai simbolik penghargaan, melainkan keberanian berbicara dan berpendapat di depan teman-teman pers se-indonesia dan para badan pengurus yang hadir kala itu.
Akhirnya acara MUKERNAS PPMI ke XI tuntas sudah, kini giliran acara hiburan dari pihak panitia untuk mengakrabkan dan menjalin relasi dengan sesama anggota pers mahasiswa . hiburan yang diberikan berupa tarian khas Bali jogedan yang berakhir pada pukul 10.00 WITA. Tidak hanya tarian, tapi juga ada ajang unjuk bakat dari tiap-tiap perwakilan dewan kota.
PPMI DK Surabaya diwakili oleh Abu, salah satu delegasi dari LPM Edukasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang menampilkan sebuah puisi tentang demokrasi di negeri ini.
Lalu kami rombongan surabaya yang berjumlah 20 orang ini, masih sibuk merencanakan agenda liburan, yang memang sangat mepet tapi masih diusahakan agar tidak kepepet. Dari 20 orang rombongan surabaya, ada 16 peserta akan pulang dengan kereta api dari Stasiun Banyuwangi Baru keesokan harinya pada pukul 01:50 WITA.
Setelah berunding dan akhirnya mencapai sebuah mufakat, kami yang berjumlah 16 peserta delegasi asal Surabaya memutuskan untuk tidak mampir kemanapun karena banyak pertimbangan, yang salah satunya karena waktu yang terbatas.
Parisada Hindu Dharma Indonesia, 23 April 2017
            Sesuai dengan hasil rapat dengan teman-teman rombongan Surabaya kemarin. Kami semua sudah bersiap-siap sejak pukul 04:00 WITA. Diawali dengan acara berpamitan dengan empat orang perwakilan dari LPM Forma dan LPM Ar-Risalah, yang baru pulang hari selasa pagi (25/4).
Perjalanan yang kami tempuh lebih cepat dibandingkan ketika berangkat karena tidak terlalu banyak istirahat. Dimulai dengan naik bemo selama 30 menit, lalu langsung di operkan ke bus dengan tujuan Pelabuhan Gilimanuk.
Saat itu kami duduk di dalam bis sekitar 3 jam 30 menit, kali ini bisnya tidak terlalu padat dan lebih bagus dibandingkan bis yang dikendarai sewaktu berangkat. Dalam perjalanan ke pelabuhan Gilimanuk pun, mata kami dimanjakan dengan berbagai pemandangan sedap, mulai dari pepohonan rindang, sawah-sawah, potrait gunung di kanan jalan dan pantai di sepanjang kiri jalan. Sungguh pemandangan yang ciamik, sebagai pelepas rasa lelah dan pelapang dada akibat tidak jadi berwisata.
            Akhirnya kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 10:45 WITA. Kami sempat mampir sebentar ke pasar di sekitar pelabuhan, mencari-cari barang khas bali, barangkali ada sesuatu yang memikat hati untuk di beli.
Kapal tiba sekitar pukul 11:45 dan kami segera melanjutkan perjalanan ini. Sewaktu di Kapal, ternyata bertemu lagi dengan segerombolan penduduk Bali dengan pakaian putih-putih yang bersih khas adat Bali.
Sebelum sampai di stasiun Kereta Api Banyuwangi Baru, seperti pada dasarnya kebutuhan biologis manusia kami berencana membeli makan siang dulu.
Agar kami tidak tertinggal kereta Sekjend PPMI DK Surabaya, Bianca salah satu rekan divis media, Ubed, berangkat terlebih dahulu ke stasiun untuk menukarkan tiket keretanya.
            Setelah semua terbeli, tiba-tiba ada seorang warga di dekat stasiun yang mengatakan bahwa kereta apinya delay karena ada kecelakaan. Dan ternyata benar, kereta kami di delay sampai pukul 15:20 WIB.
Walaupun kereta api delay, tetap saja kami tidak mati gaya atau bosan karena waktu itu digunakan untuk sekedar istirahat, memindahkan file foto dan sharing mengenai banyak hal tentang dunia jurnalis.
            Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 WIB, kami sudah sampai di Stasiun Kota Sidoarjo. Satu per satu rombongan PPMI DK Surabaya turun ke stasiun yang mereka tuju. Ada yang turun di Stasiun Sidoarjo, Stasiun Waru, Stasiun Wonokromo dan terakhir Stasiun Gubeng. 
            Dan akhirnya kami pulang dengan membawa cerita. Cerita yang akan teringat dalam sanubari jiwa. Pengalaman berharga, bersama mereka para civitas akademika muda. Yang semangat mencari celah dalam setiap kisah berharga yang telah dilalui bersama.
            Semoga perjalanan ini menjadi berkah untuk kita semua. Meskipun tanpa liburan yang berharga ala-ala turis manca negara, kami tetap senang dapat menghabiskan waktu bersama dengan belajar hal-hal baru yang tak ternilai harganya.[cc]

*) tulisan ini dimuat di Web LPM ALAMTARA www.alamtarapersma.com





































































Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.