In

Melogikakan Perasaan


Jauh sebelum aku mengenal kata cinta, kedua orangtuaku sudah menggambarkannya dengan jelas kepadaku

Jauh sebelum aku tau apa itu jatuh cinta, aku sudah cukup jatuh berkali-kali, dan aku jatuh karena orang terdekatku sendiri, saudaraku

Jauh sebelum aku merasa mengerti apa yang dimaksud cinta, aku sudah mengerti bagaimana besar perasaan kompleks lainnya, yang sejujurnya jauh lebih 'menakutkan' dari perasaan candu itu sendiri

Mungkin karena itu, aku selalu berusaha dan berupaya sebisa mungkin melogikakan semua hal yang memang seharusnya bisa dilogikakan

Aku sering tertawa melihat sepasang muda mudi menangis karena pasangan mereka ketika jaman sekolah dulu
Aku sering heran melihat bagaimana seorang bisa menaruh harapan sebesar itu kepada pasangannya, yang belum tentu nantinya jadi suami/istri mereka
Dan, aku sering bertanya-tanya, apakah memang ada riset yang mengatakan kekonsistenan perasaan satu orang dengan orang lainnya?

Sejauh yang sudah aku baca, semua itu hanyalah sebuah pola hormonal yang telah terancang dengan rapi
Rekayasa, cara kerja, imajinasi dari organ paling penting dalam tubuh manusia
Otak
Hormon oksitosin, Norepineprin, Serotonin, dan Dopamind
Menjadi banyak diproduksi ketika 'perasaan' itu hadir

Yang dulunya, makan icecream saja sudah bisa membuat hatiku riang seharian
Berubah menjadi
Serentetan kalimat puitis dari dia, yang bisa membuat tersenyum seharian

Yang dulunya mendapat pujian dari orangtua bisa berbunga-bunga
Menjadi
Mendapat pengakuan dari dia atas kecantikan fisik ataupun psikis yang bisa membuat betah tidak makan apapun selama duabelas jam

Yang dulunya dari ajakan main dengan teman-teman se-genk
Menjadi
Ajakan ke toko buku bersama dia yang tidak pernah henti-hentinya dinanti

Mungkin ini bisa menjadi tulisan pertamaku tentang perasaan romantisme
Mungkin aku mulai berani mengambil resiko
Bahwa keputusan untuk jatuh lebih dalam pada seseorang
Selalu diiringi dengan dinamika-dinamika tidak menyenangkan lainnya
Sedih, Takut, Cemas, Khawatir, Kecewa

Mungkin perasaanku berubah nanti malam, nanti siang, sejam kedepan
Atau
Mungkin kamu yang lebih dulu menyadari dan berubah pikiran

Atau sebenarnya
Kita hanya sama-sama saling menunggu yang lebih tepat untuk datang
Atau justeru
Menunggu yang dulu-dulu untuk kembali
Sebesar-besarnya misteri adalah perasaan itu sendiri bukan?

Tapi
Untuk saat ini
Sudah kuputuskan
Untuk memberi beberapa persen kewarasan logikaku
Dan jatuh dalam pelukmu

Demi Allah sang pembolak-balik hati
Aku tau, apapun dan bagaimanapun kedepan nanti
Selalu ada ruang yang rapi untuk kembali mengenang keputusan pertamaku dalam bidang ini
Sebidang lahan perasaan 51% dan logika 49% [cc]


Rabu, 18 April 2018
12:12 WIB

Read More

Share Tweet Pin It +1

2 Comments

In #life

Another Day of Spring

Bola biru seharga seratus enam puluh lima ribu rupiah itu aku ambil dari atas meja kerja kamar
Berada di sudut, dibawah kipas angin, dengan debu-debu yang menemaninya
Dengan hati-hati, kupeluknya
-
Hari itu hari Sabtu, tanggal 31 Maret 2018.
"Kapan terakhir kali aku melihatnya," tanyaku dalam benak
Berapa tahun yang lalu ya?
Sampai akhirnya aku tersadar
Waktu yang selama ini kuanggap tak sebentar itu
Ternyata sesingkat aku menghabiskan eskrim kesukaanku
Ternyata secepat aku berlari menuju sepeda motor kakakku
Ternyata seringkas aku membersihkan kotak bekal makan siangku
-
Aku membersihkannya dengan salah satu molekul kimia
Yang sudah tak asing
H2O sebutannya
Mulai terlihat jelas nama-nama
Sering aku lihat di saluran favoritku
Atau di buku-buku bacaan wajib kuliahku
Rusia, Irlandia, Belanda, Yordania, Saudi Arabia, Afrika, Korea, Malaysia, Indonesia, Australia, dan berakhir di Amerika
Spring and it's beauty
Mungkin karena aku belum pernah melihat bunga-bunga bermekaran secara serempak di satu musim yang membuatku selalu excited dan have high expectation. They said everything starts from your hopes and dreams. So I once dream about it.
To see them with my own eyes. Aamiin.

From Japan to Holland
Cita-cita saya ke Jepang beberapa tahun terakhir tiba-tiba berpindah ke Belanda seketika, saat melihat dibukanya program KKN Internasional UIN Surabaya tahun 2018 ini. Ah sejujurnya, di awal saya pun ndak berani 'nyoba' karena persyaratannya (yang memang rasanya saya-pun tidak memenuhi kualifikasi) tetapi pada akhirnya, diberanikan saja mencoba. Setiap ragu dan gundah, selalu saja ada orang-orang baik dibalik layar yang terus menyemangati. Keinginan mencoba ini diperkuat oleh Deri, laki-laki yang sekelas dengan saya di jurusan Psikologi sejak semester pertama, actually saya mau berterima kasih sama doi yang dengan baik hati bertanya "Kamu nggak daftar ta, Si?" yang akhirnya membuat saya mengunjungi International Office UIN Surabaya di hari akhir pendaftaran, eh ternyata pendaftarannya diperpanjang. Setelah dapat restu dari orang tua, semangat saya semakin kuat. Orang Tua memang selalu menjadi Motivasi terbesar, Best support system tercanggih, dan penawar obat kegelisahan termanjur.

Apalah Saya Tanpa Mereka.

Kali itu saya benar-benar merasa Allah membuka jalan untuk mencobanya. And yes! there is an art of tryin'

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.